SuaraJogja.id - Dosen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada, Aditya Revianur mengungkap bahwa candi-candi besar di Indonesia tidak memiliki chattra di bagian stupa induk. Dalam hal ini termasuk Candi Borobudur.
Hal ini diungkapkan merespons polemik rencana pemasangan chattra di Candi Borobudur. Pasalnya, rencana pemasangan chattra di stupa induk Candi Borobudur itu bukan hanya sekali ini tetapi sudah berulang kali.
"Kalau mengacu pada candi-candi yang ada di Indonesia itu sebenarnya kan untuk Borobudur, kalau kita seperti Candi Plaosan terus Candi Sojiwan, terus Candi Sewu itu kan tidak ada chattra-nya, yang bagian stupa induknya," kata Aditya, ditemui di FIB UGM, Kamis (12/9/2024).
"Dan yang ada di relief Gandawyuha juga itu memperlihatkan bahwa stupa besar itu juga tidak ada chattra-nya dan kita bisa melihat bahwa di Borobudur sendiri kemungkinan besar pada masa lalu juga tidak ada chattra-nya," imbuhnya.
Dikatakan Aditya, tentu ada pertimbangan orang zaman dulu untuk tidak memasang chattra di stupa induk candi-candi tersebut. Salah satu yang tidak dapat dipisahkan yakni kondisi geografis Indonesia yang kerap dilanda bencana.
Kondisi Indonesia itu tidak bisa disamakan dengan daerah-daerah lain termasuk misalnya India. Sehingga pemasangan chattra dianggap tidak memungkinkan.
"Kalau di Indonesia kan petirnya banyak. Terus Borobudur juga itu berada di (wilayah) patahan. Terutama candi-candi di Jogja kan juga tidak ada, makanya chattra-nya kan takut membahayakan," ujarnya.
Tak adanya chattra di candi-candi besar itu sekaligus menjadi ciri khas Indonesia sendiri. Chattra sendiri biasanya berada di stupa-stupa yang berukuran kecil.
"Itu sebenarnya menunjukkan ciri khas Indonesia bahwa memang stupa di Indonesia pada zaman dulu yang ukurannya besar itu memang tidak ada chattra-nya. Berbeda memang seperti yang ada di Sri Lanka ataupun daerah-daerah lain," ungkapnya.
Menurut Aditya, rencana pemasangan chattra di Candi Borobudur itu sebaiknya tidak lagi digulirkan. Tak hanya ditunda melainkan dibatalkan sepenuhnya.
"Kalau saya sendiri sebenarnya saya lebih setuju untuk dihilangkan karena berdasarkan kajian juga gitu kan kita tidak bisa mengada-ada harus ada chattra. Padahal di Borobudur sendiri itu tidak pernah ditemukan chattra," bebernya.
Sementara yang disusun van Erp, kata Aditya, tidak ditemukan pada bagian teras atas Candi Borobudur tapi hanya di bagian bawah. Sehingga memang sangat dimungkinkan yang disusun insinyur Belanda, Theodore van Erp itu hanya stupa kecil yang ada di sekitar Borobudur.
"Dan van Erp pun juga tidak yakin soalnya saat stupa yang disusun dia itu pada zaman Belanda dulu itu dipasangkan ternyata itu tidak pas stupanya, tidak cocok. Sehingga itu diturunkan lagi, karena dia menyadari bahwa itu dia memang salah di sana," ungkapnya.
"Menurut saya pribadi karena sudah ada bukti-bukti itu ya seharusnya dan tidak sepantasnya untuk dipasang dan itu juga tidak mengurangi keutamaan Candi Borobudur itu sendiri," tandasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kata-kata Miliano Jonathans Tolak Timnas Indonesia
- Mpok Alpa Siapanya Raffi Ahmad? Selalu Dibela Sampai Akhir Hayat
- Innalillahi, Komedian Mpok Alpa Meninggal Dunia
- Dulu Dihujat karena Biaya Persalinan Dibantu Raffi Ahmad, Rupanya Mpok Alpa Punya Cerita Memilukan
- Kapan Kenaikan Gaji PNS 2025? Ini Skema, Jadwal, dan Fakta Resminya
Pilihan
-
Debut Brutal Joan Garcia: Kiper Baru Barcelona Langsung Berdarah-darah Lawan Mallorca
-
Debit Manis Shayne Pattynama, Buriram United Menang di Kandang Lamphun Warrior
-
PSIM Yogyakarta Nyaris Kalah, Jean-Paul van Gastel Ungkap Boroknya
-
Cerita Awal Alexander Isak, Zlatan Baru yang Terasingkan di Newcastle United
-
Di Balik Gemerlap Kemerdekaan: Veteran Ini Ungkap Realita Pahit Kehidupan Pejuang yang Terlupakan
Terkini
-
Remisi Kemerdekaan: 144 Napi Gunungkidul Dapat Angin Segar, 7 Langsung Bebas!
-
ITF Niten Digenjot, Mampukah Selamatkan Bantul dari Darurat Sampah?
-
Gagasan Sekolah Rakyat Prabowo Dikritik, Akademisi: Berisiko Ciptakan Kasta Pendidikan Baru
-
Peringatan 80 Tahun Indonesia Merdeka, Wajah Penindasan Muncul jadi Ancaman Bangsa
-
Wasiat Api Pangeran Diponegoro di Nadi Keturunannya: Refleksi 200 Tahun Perang Jawa