SuaraJogja.id - Keracunan makanan tengah marak di Yogyakarta. Sebut saja puluhan warga di Wonosari, Gunung Kidul yang keracunan makanan usai mengikuti kegiatan keagamaan pada Minggu (15/9/2024). Pekan lalu kejadian serupa terjadi di Kantor Kalurahan Patalan, Bantul pada Selasa (10/9/2024) dan di salah satu SD swasta di Kapanewon Bantul di hari yang sama.
Kasus ini muncul dimungkinkan akibat menjamurnya penyedia jasa makanan dan minuman yang tidak memperhatikan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam menyediakan makanan yang dijual. Menjamurnya jasa katering makanan ini pun membuat Dinas Kesehatan (dinkes) masing-masing wilayah kesulitan melakukan pengawasan.
"Kalau [penyedia makanan] yang jelas izinnya mudah-mudahan aman. Namun yang dadakan itu atau pihak ketiga seperti keluarga atau tetangga tentu sangat rentan sekali," papar Kepala Dinas Kesehatan (kadinkes) DIY Pembajun Setyaningastutie di Yogyakarta, Jumat (20/9/2024).
Menurut Pembajun, karenanya pengawasan akan dilakukan agar jasa penyedia makanan dan minuman atau katering di Yogyakarta bisa memperhatikan keamanan kandungan bahan makanan. Petugas juga akan melihat langsung kondisi lingkungan korban saat menyantap makanan sekaligus lokasi saat makanan itu dibuat, termasuk SOP.
Selain pengawasan, Dinkes juga terus melakukan pemeriksaan dan surveilans terhadap sampel makanan yang dikonsumsi para korban. Penelusuran penyedia jasa boganya berasal dari satu orang atau tidak juga dilakukan.
"Sudah diambil sampelnya dan akan dilihat dulu hasil laboratoriumnya seperti apa. Kemudian juga harus dilihat penyedia makanan ini kalau sudah terverifikasi mestinya SOP-nya dijalankan," tandasnya.
Pembajun menambahkan, keracunan makanan bisa terjadi karena beberapa faktor. Diantaranya penyajian makanan yang kadang kala terlalu lama setelah diproses.
Contohnya makanan untuk acara dengan tamu undangan 300-400 orang seharusnya dimasak beberapa jam sebelumnya. Hal itu penting karena bisa memengaruhi kualitas makanan bila dilakukan jauh sebelumnya.
"Terutama pada katering rumahan kan banyak sekarang orang ingin praktis. Makanya nanti akan kami lihat dulu hasil surveilansnya apakah makanan itu mengandung bakteri atau tidak, Entah itu terkontaminasi pada saat proses, waktu atau penyajiannya," imbuhnya.
Baca Juga: Ngotot Ogah Digusur, Warga Bong Suwung Mengadu ke Pemda DIY
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Ramai Klaim Penerus Tahta, Adik Paku Buwono XIII Ungkap Syarat jadi Raja Keraton Surakarta
-
Kenangan Masa Muda yang Tak Terlupakan: Adik PB XIII Ungkap Kebiasaan Unik Sang Raja
-
Masyarakat Antusias, Adik Paku Buwono XIII Sampaikan Terima Kasih Mendalam: Penghormatan Terakhir Sang Raja
-
Proyek PSEL DIY Dikritik, Akademisi Ingatkan Jangan Jadikan Proyek untuk Pelarian Darurat Sampah
-
Dompet Digitalmu Bisa Lebih Tebal: Trik Jitu Dapat Saldo DANA Kaget Setiap Hari