SuaraJogja.id - Euforia perkembangan Startup yang sangat masif beberapa tahun terakhir nampaknya sudah antiklimaks. Bilamana tidak, banyak start up besar di level nasional yang kini gulung tikar akibat bubble burst atau kondisi ekonomi yang fluktuatif saat ini.
Di tingkat kampus, persoalan yang sama juga terjadi. Di UGM misalnya, dari sekitar 200 rintisan startup yang dikembangkan mahasiswa, kini tinggal 15 startup yang masih eksis dan masuk ke program akselerasi.
"Memang tinggal 15 startup [di ugm] yang masuk program akselerasi, kemudian mendapatkan pendanaan dari investor," ujar Deputy Direktur UGM Science Techno Park, Sang Kompiang Wirawan di sela Program Akselerator Valantis FPIMA UGM di Yogyakarta.
Berdasarkan pengakuan para mahasiswa, mereka tidak mau melanjutkan pengembangan startup karena tidak ada kepastian dalam hal finansial. Platform mereka pun kebanyakan masih seputar lingkungan yang akhirnya membuat startup jadi deflating atau mengalami penurunan.
Apalagi banyak mahasiswa yang menjalankan industri bisnis hanya berdasarkan hobi. Ketika bisnis startup tidak berkembang, maka pada akhirnya mereka memilih mengakhirinya.
"Dari wawancara [pada mahasiswa], mereka tidak diizinkan oleh orang tua atau tidak didukung oleh keluarga dan sebagainya [dalam mengembangkan startup]. Itu yang membuat startup sering tidak berjalan. Setelah sekolah selesai, mereka belum percaya diri untuk melamar pacarnya atau mengembangkan bisnis mereka, apalagi dengan status sebagai startup yang belum menghasilkan gaji," tandasnya.
Tak berhenti pada lingkungan, menurut Sang kurangnya sinergi antara mahasiswa dengan alumni dalam mengelola startup. Hal ini merupakan kelemahan yang menyebabkan banyak mahasiswa yang telah memulai langkah tak lagi melanjutkan bisnisnya saat lulus kuliah dan bekerja.
Padahal bila ada koordinasi dengan alumni maupun kampus, produk dan inovasi yang dikembangkan mahasiswa bisa terus dikembangkan saat mereka lulus. Mahasiswa juga tak perlu pusing karena banyak dosen berinovasi dan ada ratusan paten dan ide bisnis yang bisa dikembangkan bersama.
"Ada dosen yang menghasilkan ratusan paten. Sebenarnya, ide bisnis dari sini bisa dikembangkan. Kemudian ada yang diadopsi oleh startup di Indonesia," tandasnya.
Baca Juga: Tak Boleh Dilepas Begitu Saja!, Gus Yahya Desak Pemerintah Bantu Atur Tata Kelola Pesantren
Sementara Dekan FMIPA UGM, Kuwat Triyana mengungkapkan program akselerator digagas untuk memfasilitasi pengembangan produk inovasi. Sebab meskipun banyak produk inovasi di FMIPA yang telah didanai hingga miliaran rupiah, banyak di antaranya yang tidak terhubung dengan kebutuhan pasar.
"Oleh karena itu, kolaborasi dengan Volantis diharapkan dapat membuka jalur yang jelas untuk memperkenalkan produk-produk ini ke masyarakat dan industri," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
-
IKN vs Makan Gratis: Dilema Anggaran Prabowo-Gibran di Tengah Ekonomi Terbatas
-
Wakil Tuhan di Bumi Terjerat Korupsi, Pukat UGM: Gazalba Layak Dihukum Maksimal
-
Era Baru Zaken Kabinet? Menelisik Peluang dan Tantangan di Bawah Kepemimpinan Prabowo-Gibran
-
Detik-detik Mengharukan, Mahasiswa Asal Jogja Disambut Keluarga Usai Dievakuasi dari Lebanon
Terpopuler
- Dulu Dicibir, Keputusan Elkan Baggott Tolak Timnas Indonesia Kini Banjir Pujian
- Lupakan Vario! 5 Rekomendasi Motor Gagah Harganya Jauh Lebih Murah, Tenaganya Bikin Ketagihan
- Pemain Keturunan Rp52,14 Miliar Follow Timnas Indonesia: Saya Sudah Bicara dengan Pelatih Kepala
- Sedan Bekas Tahun Muda Mulai Rp 70 Juta, Ini 5 Pilihan Irit dan Nyaman untuk Harian
- Pemain Keturunan Palembang Salip Mauro Zijlstra Gabung Timnas Indonesia, Belum Punya Paspor RI
Pilihan
-
3 Kuliner Khas Riau yang Cocok Jadi Tren Kekinian, Bisa untuk Ide Bisnis!
-
Ole Romeny Jalani Operasi, Gelandang Arema FC Pilih Tutup Komentar di Instagram
-
Pengusaha Lokal Bisa Gigit Jari, Barang Impor AS Bakal Banjiri Pasar RI
-
BREAKING NEWS! Satoru Mochizuki Dikabarkan Dipecat dari Timnas Putri Indonesia
-
Tarif Trump 19 Persen Bikin Emiten Udang Kaesang Makin Merana
Terkini
-
Musik Asyik di Kafe Bisa Jadi Masalah Hukum? Simak Penjelasan Kemenkum DIY Soal Royalti Musik
-
Wali Murid Menjerit, Pungutan Seragam MAN di DIY Tembus Rp 1,8 Juta, ORI Investigasi
-
Diplomasi Indonesia Diuji: Mampukah RI Lolos dari Tekanan Trump Tanpa Kehilangan Cina?
-
BPJS Kesehatan Dicoret? Dinsos DIY Buka Layanan Pengaduan, Jangan Tunda
-
UGM Kembalikan Harta Karun Warloka! Apa yang Disembunyikan Selama 15 Tahun?