SuaraJogja.id - Cuaca ekstrem hujan deras disertai angin yang terjadi pada 1-3 November 2024 menyebabkan sejumlah kerusakan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY mencatat, ada 399 kerusakan yang terjadi di lima kabupaten/kota.
Kerusakan terparah terjadi di Sleman yang mencapai 289 kejadian. Sedangkan kerusakan paling sedikit terjadi di Kota Yogyakarta sebanyak 19 kejadian.
Dari catatan BPBD DIY, satu warga Bantul dinyatakan meninggal dunia akibat. Korban berasal dari Kapenawon Sewon. Satu warga kapenawon tersebut juga mengalami luka berat. Sedangan di Sleman, satu warga Kapenawon Pakem juga mengalami luka sedang dalam kejadian cuaca ekstrem.
Kepala Pelaksana BPBD DIY, Noviar Rahmad di Yogyakarta, Senin (04/11/2024) mengungkapkan masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaan akan adanya cuaca ekstrem saat ini.
"Kita sudah masuk ke fase siaga darurat hidrometeorologi basah, yang berlaku mulai 24 Oktober hingga 24 November. Ini menandakan bahwa kita perlu waspada terhadap potensi bencana yang mungkin terjadi akibat hujan," paparnya.
Menurut Noviar, dengan adanya pergantian musim ini, maka status siaga kekeringan yang sebelumnya berlaku kini telah dicabut. Status baru ini menjadi sinyal bagi masyarakat untuk lebih peka terhadap risiko banjir dan longsor di sejumlah wilayah.
Apalagi berdasarkan informasi dari BMKG, hujan lebat diperkirakan akan terus berlangsung. Kulon Progo dan Gunung Kidul menjadi daerah yang paling perlu diwaspadai adanya potensi longsor. Sebut saja kawasan perbukitan Menoreh di Kulon Progo menjadi titik rawan longsor.
"Daerah seperti Nanggulan di Menoreh perlu diawasi dengan seksama meskipun hingga saat ini belum ada laporan kejadian longsor atau banjir, kita harus tetap waspada," paparnya.
Selain itu sungai-sungai yang berhulu di Merapi, seperti Kali Code dan Kali Boyong, lanjut Noviar juga perlu diwaspadai. Sebab bisa beresiko banjir akibat luapan hujan deras yang turun terus-menerus.
Baca Juga: Sebagian Gugatan UU Ciptaker Dikabulkan, Buruh Tuntut Hal Ini ke Pemda DIY
"Ketika hujan deras turun, sungai-sungai ini berisiko meluap. Masyarakat di sekitarnya harus lebih waspada," tandasnya.
Noviar menambahkan, sejumlah upaya dilakukan untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrem. Diantaranya melakukan pemotongan pohon-pohon yang berpotensi roboh menggunakan chainsaw karena banyak pohon yang sudah lapuk dan berisiko tumbang.
"Kami juga memasang bronjong di lokasi-lokasi yang berpotensi longsor. Hal itu sebagai langkah preventif untuk memperkuat tanggul dan mencegah terjadinya longsor," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 10 Rekomendasi Skincare Wardah untuk Atasi Flek Hitam Usia 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Pakar Soroti Peluang Kerja Luar Negeri, Kabar Gembira atau Cermin Gagalnya Ciptakan Loker?
-
Menko Airlangga Sentil Bandara YIA Masih Lengang: Kapasitas 20 Juta, Baru Terisi 4 Juta
-
Wisatawan Kena Scam Pemandu Wisata Palsu, Keraton Jogja Angkat Bicara
-
Forum Driver Ojol Yogyakarta Bertolak ke Jakarta Ikuti Aksi Nasional 20 November
-
Riset Harus Turun ke Masyarakat: Kolaborasi Indonesia-Australia Genjot Inovasi Hadapi Krisis Iklim