SuaraJogja.id - Kemampuan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Gunungkidul, Tirtahandayani untuk mengangkat air dari sungai bawah tanah sangat terbatas. Akibatnya, sumber air bawah tanah yang melimpah di wilayah ini tak bisa dimaksimalkan.
Besarnya investasi yang harus mereka gelontorkan untuk mengangkat air air bawah tanah menjadi salah satu penyebabnya. Karena kemampuan yang terbatas itu pula akhirnya ada beberapa wilayah Gunungkidul yang langganan kekeringan di musim kemarau.
Direktur Utama PDAM, Totok Sugiyanto mengatakan sebenarnya banyak sumber air bawah tanah ada di Gunungkidul. Dan ada beberapa yang telah dimanfaatkan PDAM untuk dialirkan ke warga. Beberapa sumber air bawah tanah di antaranya seperti Bribin, Seropan, Gilap, Ngobaran dan Bekah.
"Yang terbesar adalah Bribin dan Baron," kata dia.
Baca Juga: Pengoperasian Pabrik Es Gesing di Gunungkidul Mundur dari Jadwal, Ini Penyebabnya
Sumber air bawah tanah Bribin sudah dimanfaatkan meski belum maksimal. Dari sumber air bawah tanah Bribin ini sebagian wilayah Timur dan Tengah telah terpenuhi kebutuhan air bersihnya.
Sementara, sumber air bawah di Baron memiliki debit cukup tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan ahli Geologi 20 tahun yang lalu, sumber air Baron bisa mencapai 20.000 liter/detik pada musim hujan dan pada musim kemarau debit air hanya lebih dari 5.000 liter/detik.
"Namun sampai sekarang belum dapat dimaksimalkan," tambahnya.
Totok menyebut kemampuan PDAM Tirtahandayani baru mampu memanfaatkannya sebesar 101,5 liter detik. Padahal.untuk menambah kapasitas pemanfaatan maka membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan harus mendatangkan tehnologi dari Luar Negeri.
Dia mencontohkan, untuk meningkatkan kapasitas produksi 50 liter/detik maka biaya yang dibutuhkan adalah Rp 120 miliar. Tentu PDAM Tirtahandayani tidak mampu untuk melakukannya sendiri. Sehingga mereka harus menggandeng dari Luar Negeri.
Baca Juga: Harga Cabai Rawit dan Ayam Ras Turun di Gunungkidul Jelang Nataru
"Kami sudah menyiapkan beberapa lahan sehingga hanya tinggal menunggu pendanaan dari Kementerian PUPR. Nanti akan dibiayai dari perusahan asal Jerman,” katanya.
Pembangunannya sendiri baru akan dimulai tahun 2027 mendatang. Oleh karenanya, tahun 2025 nanti, pihaknya akan membuat review design. Nantinya mekanisme operasional di sumber air bawah tanah Baron memang cukup rumit.
Setidaknya butuh 3 kali pemompaan agar air bawah tanah bisa naik ke permukaan dan baru didistribusikan ke masyarakat. Nantinya sumber air Baron bakal menjadi yang paling besar dari 5 sumber air lainnya dengan debit mencapai 20.000 liter/detik.
"Seropan 950 liter/detik, Bribin 800 liter/detik, Ngobaran 800 liter/detik, Bekah 800 liter/detik dan Gilap 30 liter/detik,"kata dia.
Berita Terkait
-
Salurkan Bantuan Sanitasi Layak dan Air Bersih, PNM Peduli Masa Depan Sehat
-
Menjelajahi Desa Wisata Nglanggeran: Desa Wisata Terbaik Dunia
-
Tak Lagi Khawatir Kekeringan Air, Pertamina Bangun Sanitasi Air Bersih di 131 Daerah
-
IIF Dorong Ketersediaan Akses Air Bersih di Indonesia
-
Optimalkan Sistem Daur Ulang dan Akses Air Bersih, Bank Mandiri Dukung SDGs
Terpopuler
- Pemilik Chery J6 Keluhkan Kualitas Mobil Baru dari China
- Profil dan Aset Murdaya Poo, Pemilik Pondok Indah Mall dengan Kekayaan Triliunan
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
Pilihan
-
Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
-
Solusi Pinjaman Tanpa BI Checking, Ini 12 Pinjaman Online dan Bank Rekomendasi
-
Solusi Aktivasi Fitur MFA ASN Digital BKN, ASN dan PPPK Merapat!
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan RAM 8 GB, Terbaik untuk April 2025
-
Gelombang Kejutan di Industri EV: Raja Motor Listrik Tersandung Skandal Tak Terduga
Terkini
-
Solusi Anti-Pesing Ala Jogja: Pampers Kuda untuk Andong Malioboro, Ini Kata Kusir
-
IHSG Masih Jeblok Jadi Momentum Berinvestasi? Simak Tips dari Dosen Ekonomi UGM
-
Jogja Hadapi Lonjakan Sampah Pasca Lebaran, Ini Strategi Pemkot Atasi Tumpukan
-
Revitalisasi Stasiun Lempuyangan Diprotes, KAI Ungkap Alasan di Balik Penggusuran Warga
-
Soal Rencana Sekolah Rakyat, Wali Kota Yogyakarta Pertimbangkan Kolaborasi Bersama Tamansiswa