Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 20 Januari 2025 | 16:06 WIB
Penanaman pohon oleh Keraton Yogyakarta dan organisasi pemuda lintas agama, di Nawang Jagad, Hargobinangun, Pakem, Kaliurang, Sleman, Senin (20/1/2025). [Suarajogja.id/Hiskia]

SuaraJogja.id - Menjaga dan melestarikan alam menjadi tanggungjawab semua pihak. Hal ini juga yang tidak luput dari perhatian organisasi pemuda lintas agama di Indonesia.

GP Ansor, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Katolik, Pemuda Kristen (GAMKI), Pemuda Budha (Gemabudhi), Pemuda Hindu (Peradah), serta Pemuda Konghucu (Gemaku) menunjukkan komitmennya untuk merawat dan melestarikan lingkungan.

Hal itu ditegaskan dalam pertemuan kekeluargaan bersama organisasi pemuda lintas agama di Nawang Jagad, Kaliurang, Sleman, Senin (20/1/2025) pagi. Dalam acara tersebut, turut dilakukan penanaman 100 pohon langka sebagai simbol upaya pelestarian lingkungan.

Ketua Umum Pemuda Katolik, Stefanus Asat Gusma, menyebut aksi ini sebagai bukti nyata kolaborasi lintas iman untuk melestarikan lingkungan. Ia menautkan filosofi Keraton Yogyakarta, Memayu Hayuning Bawana, dengan ensiklik Paus Fransiskus Laudato Si.

Baca Juga: Merapi Makin Rusak, Keraton Jogja Gandeng Pemuda Lintas Agama Gelar Aksi Tanam Pohon

"Alam ini menjadi rumah bersama, kita harus mencintai dan merawat alam, yang ada atas bumi tidak ada artinya kalau alam rusak. Lalu kita juga tidak bisa mendapatkan apa-apa dari proses pergelutan dan dinamika yang ada di nasional ini," kata Stefanus.

Ketua Umum GAMKI, Sahat MP Sinurat, melihat acara ini sebagai kelanjutan sejarah. Ia mengingatkan peran Sultan HB IX pada 19 Agustus 1945 yang mengumpulkan pemuda di Bangsal Kepatihan untuk menyuarakan semangat perubahan.

"80 tahun kemudian, sejarah berlanjut. Hari ini, Sultan HB X bersama 100 pemuda Indonesia meneguhkan tekad untuk merawat bangsa dan alamnya," ucap Sahat.

Ditambahkan Ketua Umum GP Ansor, Addin Jauharudin, yang memaknai pohon sebagai simbol Indonesia. Ia mengibaratkan, dahan, ranting, dan daun pohon adalah representasi kebhinekaan Indonesia, sementara akar adalah kerajaan-kerajaan Nusantara yang menjadi pondasi bangsa.

"Sejarah bangsa ini hanya bisa berdiri kuat ketika kearifan lokal bisa membangun, membentuk kekuatan negara bangsa yang kemudian di dalamnya kita menjaga keragaman, keanekaragaman. Lalu dari keragaman itu bisa membentuk persatuan dan melahirkan buat-buat kesejahteraan, kemanfaatan kemandirian bangsa yang tercinta ini," kata Addin

Dari perspektif lingkungan, Wiryawan dari Gemabudhi menegaskan pentingnya komitmen menjaga bumi.

Baca Juga: Lebih Solid dari Sebelumnya, PSS Sleman Target Curi Poin di Kandang Persik Kediri

"Merawat alam berarti melindungi Indonesia dan dunia dari bencana," ucap Wiryawan.

Sementara itu, Sri Sultan HB X menuturkan kegiatan ini penting dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Terkhusus agar lebih mencintai lingkungan dan alam sekitarnya.

"Kalau saya ya mewakili regenerasi untuk membangun kesadaran cinta lingkungan. Kita jangan merusak lagi tapi bagaimana menjaga ciptaan-Nya," kata Sri Sultan HB X.

Keterlibatan ormas lintas agama itu menjadi simbol dari persatuan dan tujuan yang sama. Dalam hal ini untuk menjaga alam yang ditempati sekarang.

"Itu simbol daripada kemauan yang sama, saya kira kesadaran itu juga harus tumbuh ke anak-anak muda," ujar dia.

Load More