SuaraJogja.id - Pemadam Kebakaran (Damkar) Kabupaten Sleman menerima puluhan aduan terkait evakuasi ular sejak awal hingga pertengahan Februari 2025. Aduan itu tersebar di berbagai wilayah Bumi Sembada.
"Kalau aduan dari tanggal 4 [Februari 2025] sampai sekarang ini sudah 21 kali khusus ular," kata Plt. Kepala Bidang Pemadam Kebakaran Satpol PP Sleman, Sri Madu Rakyanto saat dihubungi, Jumat (14/2/2025).
Berdasarkan jumlah total aduan tersebut, disampaikan Madu, tidak sedikit yang kemudian berakhir dengan evakuasi. Namun memang ada beberapa aduan yang sudah tidak ditemukan keberadaan ular itu.
"Laporan termasuk proses evakuasi. Tapi kan ada beberapa tempat yang begitu aduan ada tiga sampai empat tempat ularnya enggak ada, mungkin sudah keluar dan sebagainya," ungkapnya.
Madu bilang aduan itu tersebar di seluruh wilayah di Sleman secara merata. Namun memang kebanyakan aduan tentang kemunculan ular itu datang dari warga yang bertempat tinggal di sekitar area sawah maupun kebun.
Mengingat area tersebut memang merupakan habibat dari berbagai ular. Apalagi dengan musim hujan seperti awal tahun sekarang ini, tidak sedikit ular yang muncul ke pemukiman.
"Rata-rata perumahan-perumahan yang mepet dengan sawah. Jadi kan sebenarnya habibat ular itu sebenarnya di sawah, cuma ada beberapa sawah yang sudah menjadi perumahan itu mereka terganggu," ujarnya.
"Kalau biasanya awal-awal musim hujan [banyak aduan ular]. Data Januari hampir sama angkanya," imbuhnya
Berdasarkan hasil evakuasi sejauh ini, Madu mengatakan ada beberapa jenis ular yang kerap ditemui. Di antaranya ular Kobra Jawa hingga piton berukuran cukup besar.
Baca Juga: 5 Kali Ular Masuk Rumah, Warga Sleman Resah, Ayam Jadi Santapan Empuk
"Rata-rata yang banyak itu adalah Kobra Jawa. Kalau yang kayak piton itu kan tidak beracun ya, tidak berbisa, tapi cuma fisiknya lebih gede," tuturnya.
"Kalau dilihat Kobra Jawa yang sering dilaporkan itu kecil-kecil berarti kan proses tumbuh dari telur di bulan-bulan ini," sambungnya.
Usai proses evakuasi, ditambahkan Madu, jenis ular yang berukuran besar akan diserahkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Sementara yang berukuran kecil akan dikembalikan ke habitat alaminya.
"Kalau yang besar ke BKSDA, kalau yang kecil-kecil itu kita rilis lagi ke habitatnya kita kembalikan. Ya sekitar sawah-sawah itu, jadi biar rantai makanan biar berjalan, ada tikus ada kodok, ada ular," ujarnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Sleman Ukir Sejarah, Quattrick Juara Umum Porda DIY, Bonus Atlet Dipastikan Naik
-
WNA Yordania Jadi Tersangka di Yogyakarta: Izin Investasi Fiktif Terbongkar
-
Strategi Jitu Sekda DIY Atasi Kemiskinan: Libatkan Asisten Hingga Mandiri Fiskal
-
Saldo DANA Kaget Langsung Cair? Ini Tiga Link Aktif yang Bisa Bikin Dompet Digitalmu Gendut
-
Tragis! Ratusan Siswa Keracunan Makan Bergizi Gratis, JCW Soroti Pengawasan Bobrok