Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 20 Maret 2025 | 14:05 WIB
Ilustrasi pedagang daging di Pasar Taman Rawa Indah, Bontang. [Ist]

SuaraJogja.id - Dosen Fakultas Peternakan (Fapet) UGM, Edi Suryanto, memprediksi bakal ada kenaikan untuk permintaan daging secara signifikan pada akhir ramadan dan jelang Lebaran nanti. Hal itu sejalan dengan kehadiran menu olahan daging yang juga akan banyak.

Selain itu, produk susu dan telur juga diperkirakan bakal meningkat. Terutama untuk pembuatan kue dan makanan yang praktis.

"Daging olahan seperti sosis, kornet, dan nuget lebih sering dikonsumsi karena kemudahannya. Sementara saat mendekati lebaran, konsumsi daging merah melonjak karena persiapan untuk hidangan perayaan seperti rendang dan gulai," kata Edi, Kamis (20/3/2025).

Menurut Edi, terdapat beberapa alasan peningkatan konsumsi daging sebagai menu spesial karena banyak keluarga menginginkan memasak hidangan istimewa saat lebaran, seperti rendang, opor, atau sate. Selain itu, makanan berbasis daging ini dianggap dapat membantu menjaga stamina saat Ramadan.

Baca Juga: Minimalisir Kemacetan dan Kecelakaan saat Mudik, Pakar Transportasi UGM Ingatkan Pemerintah Soal Ini

"Kaitannya dengan kebutuhan energi yang lebih besar maka daging dinilai mengandung protein hewani yang membantu menjaga stamina," ucapnya.

Di sisi lain meningkatnya permintaan dan konsumsi daging, diingatkan Edi mengenai adanya risiko yang ditimbulkan. Termasuk secara kesehatan yakni munculnya gangguan pencernaan dan kolesterol tinggi. 

"Selain kolesterol dan gangguan pencernaan, konsumsi serat, sayur dan buah juga menurun," tuturnya.

Untuk itu Edi berharap agar masyarakat mengonsumsi daging dengan secukupnya serta memilih bagian daging yang rendah lemak. Selain itu, perlu memperbanyak mengonsumsi sayur dan buah.

"Jangan lupakan air putih yang cukup untuk membantu metabolisme dan mencegah dehidrasi," tandasnya.

Baca Juga: Antisipasi Penumpukan Sampah Selama Libur Lebaran, Pemkot Jogja Kosongkan 15 Depo

Imbau Waspada Keracunan Makanan

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman tak lupa mengingatkan masyarakat termasuk penyedia jasa makanan serta minuman untuk lebih waspada terhadap potensi keracunan.

"Kewaspadaan keracunan makanan, karena kalau Lebaran ini biasanya banyak masyarakat yang melakukan, istilahnya wong bodho [lebaran] wong Jowo kalau enggak nyuguh kan enggak elok, takjil dan lain sebagainya, mohon ini diperhatikan," kata Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa. 

Imbauan kewaspadaan keracunan itu bukan tanpa alasan. Pasalnya, belum lama ini, sempat muncul kasus keracunan massal di sejumlah wilayah Sleman hingga ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan makanan.

"Itu menjadi pengingat, agar masyarakat lebih hati-hati karena sudah ada kejadian," tegasnya. 

"Makanya kami pesan kepada masyarakat siapapun. Baik itu masyarakat umum, penyedia jasa boga untuk memperhatikan kesehatan makanan jangan sampai ini [keracunan makanan] terjadi lagi, " imbuhnya.

Belajar dari Kasus Keracunan Massa

Diketahui sebulan lalu peristiwa kelam menimpa sejumlah warga di Sleman yang menjadi korban keracunan massal.

Tercatat ada sebanyak 160an orang mengalami keracunan massal usai menghadiri acara hajatan di wilayah Lumbungrejo, Tempel, Sleman.

Di tempat lain, tepatnya di wilayah Mlati, kejadian serupa juga terjadi.

Usut punya usut, warga yang mengalami keracunan massal tersebut sebelumnya mengonsumsi makanan dari satu penyedia katering.

Dari hasil penyelidikan Polresta Sleman, sejumlah makanan yang disuguhkan oleh penyedia katering mengandung bakteri yang disinyalir menjadi penyebab terjadinya keracunan massal.

Sementara menurut hasil uji lab yang dilakukan Dinkes Sleman, diketahui berdasar sampel makanan yang diperiksa mengandung bakteri Salmonella sp, Bacillus Cereus serta Escherichia Coli.

"Ini berdasar pemeriksaan makanan dari bakso satay, siomay hingga es krim yang kami periksa," kata Kepala Dinkes Sleman Cahya Purnama.

Kejadian keracunan massal tersebut ditetapkan oleh pemkab Sleman sebagai Kejadian Luar Biasa atau KLB.

"Iya KLB keracunan pangan," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Sleman, Khamidah Yuliati.

Load More