SuaraJogja.id - Kebijakan larangan study tour di beberapa daerah mulai berdampak pada industri pariwisata. Pelaku usaha wisata mengaku mengalami penurunan jumlah pengunjung, terutama dari kalangan pelajar yang biasanya datang dalam rombongan bus.
Mereka berharap kebijakan ini dapat dikaji ulang agar sektor pariwisata tetap berkembang tanpa mengesampingkan efektivitas kebijakan pemerintah.
Direktur Utama PT Taman Wisata Candi (TWC) Prambanan, Borobudur, Ratu Boko, dan TMII, Febriana Intan, menyatakan bahwa aturan larangan study tour telah berdampak cukup besar, terutama pada jumlah kunjungan pelajar. Dia berharap kebijakan tersebut ditinjau ulang.
"Mudah-mudahan aturan larangan study tour itu ditinjau ulang. Karena study tour ke tempat seperti Taman Mini Indonesia Indah itu kan jelas ruang belajar. Ada pembelajaran budaya, ada museum-museum. Jadi harus ada kejelasan terkait aturan ini,"ujarnya, Sabtu (22/3/2025).
Febriana mengungkapkan bahwa sejak kebijakan ini diberlakukan di beberapa provinsi seperti Jawa Barat, Banten, dan Jawa Timur serta Lampung, jumlah pengunjung dari kalangan pelajar ke wisata yang dikelola TWC turun drastis. Penurunannya diperkirakan mencapai 30-40 persen, karena sebagian besar rombongan study tour berasal dari Jawa Barat.
Para pelaku wisata berharap ada solusi yang lebih seimbang antara kebijakan pemerintah dan keberlanjutan industri pariwisata. Dengan adanya komunikasi yang lebih baik antara pemerintah dan sektor pariwisata, diharapkan kebijakan yang diambil dapat mempertimbangkan dampak ekonomi sekaligus tetap mendukung tujuan utama pemerintah.
Industri pariwisata kini dihadapkan pada tantangan besar, tetapi juga peluang untuk berinovasi dan memperluas cakupan pasarnya. Bagaimana kebijakan ini akan berkembang ke depan masih menjadi perhatian banyak pihak, terutama mereka yang menggantungkan hidupnya di sektor pariwisata.
Industri Pariwisata Harus Beradaptasi
Sementara itu, Direktur Utama InJourney, Maya Martono, tidak menampik bahwa kebijakan ini berdampak pada sektor pariwisata. Namun, ia menekankan perlunya strategi baru agar industri tetap berkembang.
Baca Juga: Efisiensi Pemerintah dan Larangan Studi Tour: Pariwisata Sleman di Ujung Tanduk?
"Dampaknya pasti ada, tapi ini tantangan yang harus kita hadapi. Kita harus berpikir kreatif untuk menangkap peluang lain. Misalnya, kita bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan untuk membuka konektivitas internasional, sehingga meskipun pergerakan wisatawan domestik menurun, kunjungan wisatawan asing bisa meningkat,"jelasnya.
Maya menegaskan bahwa wisatawan internasional memiliki dampak ekonomi yang besar. Setiap 10 juta turis asing yang datang ke Indonesia dapat menyumbang sekitar Rp50 triliun bagi perekonomian nasional. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh pelaku wisata untuk berinovasi dan menjalin kolaborasi agar industri tetap berjalan meski ada regulasi baru.
Pemerintah Masih Mengkaji Kebijakan
Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Irene Umar, menyatakan bahwa pemerintah masih dalam tahap mengkaji kebijakan ini. Ia menegaskan bahwa tujuan utama kebijakan ini adalah memastikan bahwa setiap dana yang digunakan dalam program studi tour benar-benar tepat sasaran.
"Kami tidak melarang studi tour 100 persen, tetapi kami ingin memastikan bahwa setiap perjalanan benar-benar bermanfaat bagi siswa. Saat ini, kami sedang berdiskusi dengan kepala daerah untuk menyesuaikan kebijakan agar lebih efisien,"katanya.
Irene menambahkan bahwa kebijakan ini juga bisa menjadi kesempatan bagi sektor pariwisata untuk lebih berkolaborasi dengan sektor ekonomi kreatif. Menurutnya, destinasi wisata bukan hanya tentang pariwisata tetapi juga mencerminkan kebanggaan budaya bangsa.
Berita Terkait
-
Simak Rekayasa Lalu Lintas Lebaran 2025 di Kota Yogyakarta, Tim Urai Siap Siaga
-
Sempat Ricuh di DPRD DIY, Massa Jogja Memanggil Akhirnya Dipaksa Mundur
-
Belajar dari Kasus RK, KPK Minta Kepala Daerah Transparan Jaga Pengelolaan Anggaran
-
Jutaan Orang Diprediksi Melintas Sleman saat Lebaran, Infrastruktur Jalur Alternatif Dipersiapkan
Terpopuler
- Usai Jokowi, Kini Dokter Tifa Ungkit Ijazah SMA Gibran: Cuma Punya Surat Setara SMK?
- Jay Idzes Pakai Jam Tangan Rolex dari Prabowo saat Teken Kontrak Sassuolo
- Cari Bedak Murah yang Mengandung SPF? Cek 5 Rekomendasinya, Mulai Rp20 Ribuan
- 4 Rekomendasi Moisturizer Vitamin C untuk Wajah Cerah Bebas Flek Hitam, Harga Terjangkau
- Belanja Seru di BFF Festival 2025, Tiket Hemat 30% via BRImo
Pilihan
-
Bobotoh Diminta Serbu GBLA! Marc Klok: Di Bandung, Lawan Tidak Akan Dapat Apa-Apa!
-
Dua Raksasa Properti Jepang Kajima & Mitsubishi Dikabarkan Incar Saham Diamond Citra Propertindo
-
Penonton Kecewa! Kelme Telat Kirim, Persib Main Laga Penting Tanpa Jersey Anyar
-
Momen Kapal Tentara China Hancurkan Sekutu Sendiri saat Kejar Pasukan Filipina
-
9 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Memori Besar Terupdate Agustus 2025
Terkini
-
Dorong Deteksi Dini Kesehatan Siswa, Disdikpora Bantul Usulkan Program CKG Langsung di Sekolah
-
Yogyakarta Siaga Kemarau Basah! Waspada Hujan Es dan Angin Kencang
-
Prabowo Subianto Berdarah Sultan HB II? Keluarga Keraton Yogyakarta Ungkap Fakta Mengejutkan
-
Mortir Jumbo Gegerkan Sleman, Bom Terbesar yang Pernah Ditemukan Polda DIY
-
Mortir Jumbo Diledakkan di Sleman, Getaran Dahsyatnya Rusak Rumah Warga