Sebagai solusi alternatif, Witjaksono menyarankan penggunaan metode Trap Barrier System (TBS) yang telah dia gunakan selama ini. Menurutnya metode itu lebih efektif dalam pengendalian hama tikus sawah.
"TBS itu kita menanam tanaman padi di sawah itu mendahului tanaman padi yang lainnya itu tiga minggu. Sekitar 100 meter persegi saja. Kemudian kita bentengi dengan plastik keliling, lalu di bagian dalam kita pasang perangkap," terangnya.
Dengan mencium bau tanaman padi muda, kata Witjaksono, tikus akan tertarik masuk ke area TBS dan terperangkap. Menurutnya sistem ini, sudah diterapkan beberapa wilayah endemik tikus di Sleman.
"Di Sleman Barat, Minggir, Moyudan itu mencoba menggunakan TBS ini. Satu musim itu di sana, Minggir itu merupakan daerah endemik tikus, itu bisa dapat sekitar 180 [ekor tikus] meskipun itu kami masih terus menyempurnakan," ungkap dia.
Baca Juga: Rahasia Pertemuan Prabowo-Mega Terungkap? Pengamat Ungkap Sinyal Penting di Balik Pintu Tertutup
Ia menyebut efektivitas TBS bisa ditingkatkan dengan menggunakan varietas padi aromatik seperti pandan wangi atau rojo lele.
"Tanaman padi aromatik itu lebih banyak menarik tikus. Kami pernah meneliti dan hasilnya signifikan dibandingkan dengan padi non-aromatik," paparnya.
Kendati memang, diakui Witjaksono, dari segi biaya, metode TBS memang lebih tinggi sebab memerlukan investasi awal. Namun, semua alat tersebut bisa digunakan hingga setidaknya tiga musim tanam.
"Plastik bisa dipakai sampai tiga musim. Kalau dapatnya tikus jauh lebih banyak, jatuhnya jadi lebih murah juga," tambahnya.
Witjaksono menegaskan bahwa dirinya sangat mendukung langkah Presiden Prabowo untuk mengatasi persoalan hama tikus yang merugikan petani. Namun, ia mengingatkan pentingnya memilih strategi yang sesuai dengan karakteristik ekosistem sawah.
Baca Juga: IHSG Masih Jeblok Jadi Momentum Berinvestasi? Simak Tips dari Dosen Ekonomi UGM
Berita Terkait
-
Perampasan Aset Koruptor: Keadilan yang Tidak Boleh Dikompromikan
-
Demokrat Sebut Prabowo Pemimpin yang Dibutuhkan Saat Ini: Berani Akui Kekurangan
-
Kecam Aksi Pelecehan Eks Gubes UGM, PKB Desak Gelar Guru Besarnya Dicabut
-
Sesalkan Kasus Pelecehan UGM, Menteri PPPA: Tiap Kampus Harus Punya Satgas TPKS
-
Dukung Kebijakan Prabowo Hapus Kuota Impor, Legislator PKS Kasih Catatan Ini
Terpopuler
- Tenaga Kalahkan Yamaha XMAX, Tampan Bak Motor BMW: Pesona Suzuki AN400 Bikin Kesengsem
- Timnas Indonesia U-17 Siaga! Media Asing: Ada yang Janggal dari Pemain Korut
- Sudah Dihubungi PSSI, Harga Pasar Pemain Keturunan Ini Lebih Mahal dari Joey Pelupessy
- Segera Ambil Saldo DANA Kaget Gratis Hari Ini, Cairkan Rezeki Siang Hari Bernilai Rp 300 Ribu
- 6 Rekomendasi HP Murah dengan Kamera Beresolusi Tinggi, Terbaik April 2025
Pilihan
-
Rekam Jejak Wipawee Srithong: Bintang Timnas Thailand, Pengganti Megawati di Red Sparks
-
Jerman Grup Neraka, Indonesia Gabung Kolombia, Ini Hasil Drawing Piala Dunia U-17 2025 Versi....
-
Puji Kinerja Nova Arianto, Kiper Timnas Indonesia: Semoga Konsisten
-
Kiper Belanda Soroti Ragnar Oratmangoen Cs Pilih Timnas Indonesia: Lucu Sekali Mereka
-
Di Balik Gol Spektakuler Rayhan Hannan, Ada Rahasia Mengejutkan
Terkini
-
BTNGM Tindak Pendaki Ilegal yang Viral, Kirim Surat ke Pihak Kampus di Sukoharjo untuk Diproses
-
Dipanggil Sultan, Wali Kota Hasto Wardoyo Didesak Segera Atasi Ruwetnya Masalah Kota Jogja
-
Wabah Antraks Kembali Hantui Yogyakarta, Pemda DIY Bergerak Cepat, Vaksinasi Jadi Kunci
-
Pemkot Yogyakarta Gelar Pemeriksaan Kesehatan Lansia Gratis Tiap Bulan, Catat Tanggal dan Lokasinya!
-
Psikolog UGM Soroti Peran Literasi Digital dan Kontrol Diri