SuaraJogja.id - Ratusan orang menggeruduk Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Selasa (15/4/2025) pagi.
Massa tersebut datang tidak lain untuk meminta klarifikasi terkait dengan ijazah milik Presiden RI ke-7, Joko Widodo (Jokowi).
Berdasarkan pantauan SuaraJogja.id di lokasi, ratusan orang yang terdiri dari bapak-bapak dan emak-emak itu datang dengan agenda untuk melakukan ziarah sekaligus aksi simbolik.
Mereka sudah berkumpul di depan Fakultas Kehutanan UGM sejak pukul 08.00 WIB.
Berdasarkan informasi yang beredar massa itu bernama Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA).
Para peserta aksi tampak mengenakan pakaian kasual dan syar'i, serta terlihat membawa spanduk kecil dan ponsel untuk mendokumentasikan kegiatan.
"Pada hari ini, sesungguhnya ngombyongi [turut serta] dari tim pembela ulama dan aktivis yang hari ini diberikan kesempatan oleh Rektorat [UGM] untuk melakukan klarifikasi tentang dugaan ijazah palsu mantan Presiden Jokowi," kata Koordinator aksi, Syukri Fadholi kepada wartawan.
Syukri menegaskan bahwa inisiatif ini bertujuan mendorong keterbukaan atas keabsahan dokumen akademik milik Jokowi.
"Oleh karena itu, kita berharap apa yang kita lakukan hari ini ada nilai-nilai dan makna yang menjurus kepada proses bagaimana pada ujungnya, Presiden Jokowi kita harapkan untuk punya etikat baik," ujarnya.
Baca Juga: Psikolog UGM Soroti Peran Literasi Digital dan Kontrol Diri
Ia menyampaikan bahwa kehadiran TPUA ke UGM adalah bagian dari upaya klarifikasi langsung terhadap pihak kampus, terkait keaslian ijazah Jokowi. Syukri mengatakan bahwa dokumen yang beredar selama ini hanya berupa fotokopi dan belum pernah ada pembuktian langsung di pengadilan dari pihak yang dituduh.
"Tentang keasliannya itu. Keaslian ijazah yang beredar itu lho, fotokopi yang beredar. Tetapi karena Pak Jokowi kan belum menyerahkan itu semuanya di pengadilan," ungkapnya.
Menurut Syukri, seandainya Presiden Jokowi benar memiliki ijazah asli, maka seharusnya ia tidak perlu ragu menyerahkan dokumen tersebut ke pengadilan sebagai bentuk tanggung jawab dan transparansi.
"Kalau memang presiden itu punya ijazah, serahkan. Saya meyakini kalau itu diserahkan, selesai masalahnya," ucapnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa proses hukum sebelumnya dinilai belum tuntas. Pasalnya belum ada pembuktian secara fisik terkait keberadaan ijazah tersebut.
Padahal, menurutnya, pembuktian itu sangat krusial untuk menjawab tuduhan-tuduhan yang berkembang di masyarakat.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
Terkini
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi
-
BRI Perkuat Pemerataan Ekonomi Lewat AgenBRILink di Perbatasan, Seperti Muhammad Yusuf di Sebatik