Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 06 Mei 2025 | 12:48 WIB
Ilustrasi anak SD menyantap MBG.

SuaraJogja.id - Dietisien dari Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM), Leiyla Elvizahro, menyoroti rentetan kasus keracunan makanan akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah daerah.

Leiyla menekankan pentingnya mengenali tanda-tanda makanan yang sudah basi atau tidak higienis.

Cara paling mudah untuk mendeteksi makanan itu basi bisa dicermati dari perubahan bau, tekstur, dan warna.

Masyarakat diimbau untuk membiasakan diri untuk mencium aroma makanan terlebih dahulu sebelum mengonsumsinya.

Baca Juga: Lauk Basi hingga Ditemukan Ulat, Makan Bergizi Gratis di Jogja Minta Dihentikan

Deteksi dini lewat pancaindra sering kali cukup untuk mencegah konsumsi makanan yang beresiko.

"Makanan seperti nasi, mie, dan lontong yang kaya karbohidrat akan mudah basi jika disimpan terlalu lama di suhu ruang. Tanda-tandanya antara lain berbau asam, berlendir, atau muncul jamur," kata Leiyla, dikutip Selasa (6/5/2025).

Keracunan massal dalam kasus MBG diduga kuat berkaitan dengan buruknya penanganan makanan.

Terutama dalam aspek penyimpanan dan distribusi makanan itu sampai ke anak-anak.

Leiyla menegaskan bahwa makanan yang disajikan dalam jumlah besar harus memenuhi standar higienitas yang ketat.

Baca Juga: Joki dan Kecurangan Marak di Kampus, Dosen UGM Usulkan Reformasi Radikal

Termasuk pemakaian penutup makanan, penyimpanan di suhu yang tepat, serta kebersihan alat dan tenaga penyaji.

Load More