SuaraJogja.id - Pemda DIY buka suara terkait permasalahan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang bermasalah di DIY.
Sebab meski merupakan program pemerintah pusat, MBG menyasar para siswa di Yogyakarta.
Evaluasi pun dilakukan menyusul ditemukannya kasus menu MBG yang basi dan ada ulat didalamnya di SMKN 4 Yogyakarta.
Selain itu kasus sejumlah sekolah di Kotagede yang terhenti dapat MBG akibat kendala teknis di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
"[Masalah MBG] ini sudah jadi informasi publik. Jadi ya kita nggak boleh saling menyalahkan satu sama lain. Kita harus berbenah, memperbaiki mekanisme. Maka ya, yuk, kita evaluasi. Kita perbaiki bareng-bareng," papar Sekda DIY, Beny Suharsono dikutip Rabu (7/5/2025).
Menurut Beny, komunikasi secara terbuka dan evaluasi bersama perlu dilakukan. Ia mengingatkan semua pihak, termasuk sekolah untuk tidak takut melaporkan permasalahan MBG di lapangan.
Jangan sampai kendala pelaksanaan MBG disimpan sendiri. Selain sulit mengevaluasi program, justru siswa dan sekolah yang akan dirugikan.
"Kalau benar informasinya [ada masalah MBG], maka itu bisa jadi bahan evaluasi bersama. Jangan sampai kita menerima dampak lalu dipendam, kasihan. Pertama, kasihan siswanya. Kedua, kasihan tenaga pendidiknya," tandasnya.
Terkait laporan menu MBG yang basi, Beny menegaskan evaluasi tidak hanya ditujukan kepada SPPG, tapi juga penyedia lain dalam sistem distribusi makanan. Mestinya ada kontrol soal sterilisasi makanan, termasuk dari ahli gizi.
Baca Juga: Lampu Hijau dari Keraton, Polda DIY Segera Pindah Markas ke Lahan 7,5 Hektare
"Kalau dulu itu, istilahnya ada tukang icip-icip. Nah, proses-proses seperti itu juga harus jadi bagian dari evaluasi bersama," paparnya.
Beny menyebutkan, tantangan dalam pelaksanaan program MBG sangat besar meski baru dalam tahap ujicoba.
Apalagi kebutuhan makanan bergizi harus tersedia setiap hari secara berkelanjutan bagi ribuan siswa.
Ia pun menegaskan dari awal sudah ada peringatan bilamana program MBG menyangkut kepercayaan publik. Karenanya bila tidak ditangani secara profesional maka akan merusak kepercayaan masyarakat.
Contohnya tantangan teknis dalam produksi dan distribusi makanan yang membutuhkan waktu panjang. Ia menyebut makanan harus mulai dimasak sejak dini hari bagi ribuan siswa setiap harinya.
"Masak mulai jam 3 atau mungkin jam 4 pagi. Padahal makanan itu disajikan mulai jam 10 siang. Nah, itu kan sudah ada rentang waktunya. Kalau ini berproses, berarti ada proses memasak yang butuh waktu sekitar 5 sampai 6 jam," jelasnya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Fakta Menarik Skuad Timnas Indonesia Jelang Duel Panas Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 27 September 2025, Kesempatan Raih Pemain OVR 109-113
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
Pilihan
-
Misi Bangkit Dikalahkan Persita, Julio Cesar Siap Bangkit Lawan Bangkok United
-
Gelar Pertemuan Tertutup, Ustaz Abu Bakar Baasyir Ungkap Pesan ke Jokowi
-
Momen Langka! Jokowi Cium Tangan Abu Bakar Ba'asyir di Kediamannya di Solo
-
Laga Klasik Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Kartu Merah Ismed, Kemilau Boaz Solossa
-
Prabowo 'Ngamuk' Soal Keracunan MBG: Menteri Dipanggil Tengah Malam!
Terkini
-
Trauma Keracunan, DIY Minta Kejelasan Program Makan Bergizi Gratis di 2026
-
Progres Tol Jogja-Solo Seksi 2 Trihanggo-Junction Sleman Tembus 66,39 Persen
-
Open Bidding Sleman, Bupati Kerahkan 9 Akademisi, Tak Mau Salah Pilih Kepala Dinas
-
Makan Bergizi Gratis Sleman Rawan? 66 Dapur Belum Kantongi Izin Higienis
-
Berburu DANA Kaget: Taktik Ampuh Raih Saldo Gratis dari Link Aktif di Sini