Beny juga merespons keluhan soal beban guru yang semakin banyak karena menyiapkan MBG. Padahal seharusnya guru hanya fokus pada fungsi edukasi, bukan logistik makanan.
Alih-alih membebani guru, mestinya ada sekretariat yang bisa membantu guru dalam mendistribusikan MBG.
Sehingga sekolah bisa mengatur pendistribusian MBG tanpa mengganggu tugas utama guru.
"Tugas guru dari awal itu kan murni untuk melaksanakan tugas edukasi. Kalau ada tambahan, mestinya ya harusnya ada sekretariat yang bisa bantu guru dan kepala sekolah. Tapi kalau sampai guru berubah fungsi jadi pengelola, ya itu harus jadi bahan evaluasi juga," ungkapnya.
Beny menambahkan, program MBG saat ini masih dalam tahap ujicoba. Karenanya sangat wajar jika ditemukan sejumlah masalah yang harus diperbaiki.
Beny memastikan semua masukan dari sekolah akan dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan pelaksanaan program ke depan. Ia berharap kepercayaan publik terhadap program MBG tetap terjaga.
"Ini jadi bahan evaluasi kami bersama-sama dengan Dinas Pendidikan untuk pelaksanaan ke depan. Supaya kepercayaan publik tumbuh. Karena ini baru saja tahap uji coba," ungkapnya.
Secara terpisah Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Suhirman, mengungkapkan dari pertemuannya yang dilakukan dengan pihak sekolah, program MBG di SMKN 4 Yogyakarta akan tetap dilanjutkan. Meskipun program ini memberatkan sekolah karena menambah beban kerja pihak sekolah.
"Kami nanti akan mempertemukan pihak sekolah dengan SPPG supaya hal-hal yang masih kurang bisa dilengkapi bersama, agar program MBG ini bisa berjalan dengan baik," paparnya.
Baca Juga: Lampu Hijau dari Keraton, Polda DIY Segera Pindah Markas ke Lahan 7,5 Hektare
Suhirman menambahkan, salah satu kendala utama pelaksanaan program MBG di sekolah adalah kekurangan tenaga.
Dengan jumlah siswa yang cukup besar, pendistribusian makanan dan pengembalian wadah setelah makan membutuhkan waktu dan tenaga lebih.
Sekolah membutuhkan waktu agak lama untuk mendistribusikan makanan. Karenanya dia mengusulkan penggunaan sistem piket atau jadwal bergilir agar pekerjaan tidak menumpuk pada orang yang sama setiap harinya. Suhirman juga menyarankan agar sekolah bisa memaksimalkan tenaga non-guru.
"Kalau di sekolah, kan sebenarnya ada tenaga lain selain guru. Kami sarankan untuk bisa memaksimalkan tenaga-tenaga tersebut," ungkapnya.
Suhirman menyatakan, manfaat program MBG jauh lebih besar dibandingkan beban tambahan yang ditimbulkan.
Sekolah sudah diberikan program makan bergizi gratis, karena itu seharusnya sekolah juga bisa mengimbangi pelaksanaannya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Skechers, Tanpa Tali untuk Jalan Kaki Lansia
- 9 Sepatu Puma yang Diskon di Sports Station, Harga Mulai Rp300 Ribuan
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- 5 Mobil Bekas yang Lebih Murah dari Innova dan Fitur Lebih Mewah
Pilihan
-
Tor Monitor! Ini Daftar Saham IPO Paling Gacor di 2025
-
Daftar Saham IPO Paling Boncos di 2025
-
4 HP Snapdragon Paling Murah Terbaru 2025 Mulai Harga 2 Jutaan, Cocok untuk Daily Driver
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
Terkini
-
Berkinerja Positif, BRI Raih 10 Prestasi Terbaik di Sepanjang Tahun 2025
-
Waspada! Ini 3 Titik Kemacetan Paling Parah di Yogyakarta Saat Malam Tahun Baru
-
Lestarikan Warisan Budaya Jawa, Royal Ambarrukmo Yogyakarta Hadirkan Jampi Pawukon bagi Para Tamu
-
Jogja Jadi Tourist Darling, Pujian Bertebaran di Medsos hingga Kunjungan Destinasi Merata
-
Pasar Beringharjo Diserbu Pengunjung saat Nataru, Belanja Batik dan Cicip Kuliner Jadi Favorit