SuaraJogja.id - Badan Gizi Nasional (BGN) memperketat pengawasan terhadap proses pengolahan makanan di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
Hal ini guna mencegah kasus keracunan kembali berulang saat mengonsumsi makan bergizi gratis (MBG) di beberapa daerah.
Kepala BGN, Dadan Hindayana menyebut ada dua penyebab utama keracunan makanan yang sempat terjadi di sejumlah daerah.
Dua hal itu yakni terkait bahan baku dan proses memasak.
"Jadi gini, kita sudah mendeteksi 2 penyebab utama gangguan pencernaan itu. Yang pertama bahan baku, yang kedua adalah prosesing," kata Dadan saat ditemui di SPPG Sambirejo, Breksi, Prambanan, Sleman, Selasa (20/5/2025).
Dadan mencontohkan kejadian keracunan di Sukoharjo, Jawa Tengah di mana saat itu disebabkan gas yang habis saat proses memasak. Hal ini membuat makanan basi karena waktu masak yang terlalu lama.
Sementara pada kasus keracunan di Palembang terjadi akibat pemilihan bahan baku berupa ikan tongkol yang tak semua penerima manfaat dapat menerima dengan baik.
Untuk mencegah hal-hal serupa, BGN mulai memperketat standar operasional prosedur (SOP) di dapur-dapur SPPG. Dadan menjelaskan bahwa bahan makanan yang mudah rusak disarankan dibeli harian, sementara bahan yang lebih tahan seperti beras dan bawang bisa dibeli mingguan.
"Untuk yang rentan, apalagi gangguan listrik, freezernya bisa terganggu, kalau bisa kita sarankan harian," ucapnya.
Baca Juga: Makan Bergizi Gratis Tanpa APBN? Ini Rahasia 1351 Dapur Umum di Seluruh Indonesia
Kemudian dari segi memasak pun akan diatur. Nantinya waktu penyiapan makanan bakal dipangkas lebih singkat dari sebelumnha.
"Kita mulai pendekkan waktu masak. Jadi beberapa SPPG itu masak dari mulai malam, bahkan jam 12 sudah masak sampai delivery. Nah itu kita pendekkan kalau bisa, waktunya kemudian hanya 2-3 jam sebelum delivery," ungkapnya.
Selain waktu masak, waktu pengantaran dan konsumsi juga diawasi ketat. Disampaikan Dadan, makanan harus segera dimakan saat tiba di sekolah untuk mencegah makanan basi.
"Sesampainya di sekolah harusnya langsung dikonsumsi. Ada acara di sekolah, sehingga tersimpan agak lama. Itu yang menimbulkan gangguan pencernaan juga," tandasnya.
Selain itu, Dadan bilang ada pula uji organoleptik sebelum makanan dibagikan. Ini termasuk uji rasa, bau, dan penampakan visual.
"Kalau makanan yang dibawa itu sebelum dibagikan di tes dan dalam keadaan kurang baik, batalkan pembagian karena seringkali dipaksakan," tegasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Feri Amsari Singgung Pendidikan Gibran di Australia: Ijazah atau Cuma Sertifikat Bimbel?
- 7 Mobil Kecil Matic Murah untuk Keluarga Baru, Irit dan Perawatan Mudah
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Rejeki Nomplok Akhir Pekan! 4 Link DANA Kaget Siap Diserbu, Berpeluang Cuan Rp259 Ribu
-
Petani Gunungkidul Sumringah, Pupuk Subsidi Lebih Murah, Pemkab Tetap Lakukan Pengawasan
-
Makan Bergizi Gratis Bikin Harga Bahan Pokok di Yogyakarta Meroket? Ini Kata Disperindag
-
Sampah Jadi Berkah: Bantul Manfaatkan APBKal untuk Revolusi Biopori di Rumah Warga
-
Persela Tanpa Vizcarra & Bustos: PSS Sleman Diuntungkan? Ini Kata Sang Pelatih