SuaraJogja.id - Sejumlah pedagang dan juru parkir (jukir) di Tempat Khusus Parkir (TKP) Abu Bakar Ali (ABA) mulai membongkar lapak usai penutupan kawasan parkir tersebut, Senin (2/6/2025).
Mereka memindahkan barang-barang ke kawasan baru di Menara Kopi Kotabaru.
Meski mulai berbenah, mereka mengkhawatirkan kondisi tempat baru pasca relokasi.
Terutama akses kendaraan yang masuk ke kawasan Menara Kopi yang masih sulit.
"Kalau melihat kondisi saat ini hanya kendaraan kecil seperti elf dan minibus yang masih bisa melintas ke menara kopi. Sementara bus pariwisata yang menjadi potensi pengangkut rombongan wisatawan, kesulitan masuk karena adanya divider [pembatas jalan permanen] di area akses utama," papar pengelola TKP ABA sekaligus perwakilan pedagang, Agil Suhariyanto di Yogyakarta, Senin siang.
Para pedagang dan jukir, menurut Agil meminta Pemda DIY bisa mengubah pembatas jalan tersebut menjadi portabel.
Menurutnya, pembukaan divider secara fleksibel saat ada aktivitas parkir tidak akan mengganggu lalu lintas umum, namun justru bisa mempercepat pergerakan ekonomi di dalam kawasan.
"Kalau pembatas itu bisa dibuka tutup, minimal saat ada aktivitas parkir atau bongkar muat, itu akan sangat membantu. Sekarang akses masuk cukup sulit. Padahal, kelancaran akses ini penting agar pedagang bisa segera bangkit," ungkapnya.
Apalagi segmen pedagang yang mayoritas merupakan lanjut usia cenderung bertahan dengan pola jualan konvensional.
Baca Juga: TKP ABA Resmi Ditutup, Ratusan dan Jukir Harus Bongkar Lapak ke Menara Kopi
Perubahan sistem atau konsep kawasan yang terlalu modern, menurutnya dikhawatirkan tidak akan bisa diterima para pedagang.
Karenanya mereka berharap Pemda bisa mempertimbangkan karakteristik para pelaku usaha yang telah lama berjualan di TKP ABA dalam membuat kebijakan baru di Menara Kopi.
Sebab relokasi kali ini juga menyisakan tantangan dalam penataan lapak. Tidak semua pedagang dapat menempati kios karena keterbatasan lokasi.
Sebagian lainnya harus berjualan di area luar bangunan, yang kini juga mulai digunakan untuk parkir kendaraan roda dua dan roda empat.
Dalam perencanaan awal, area terbuka tanpa atap akan difungsikan sebagai parkir mobil, sementara area di luar kios akan dipakai untuk parkir motor.
"Harus dipikirkan penataan yang adil. Semua pedagang harus terakomodasi, jangan sampai ada yang tertinggal hanya karena tempatnya dianggap tidak strategis," ungkapnya.
Dari sisi personel lapangan, relokasi ini juga berdampak pada jukir dan petugas keamanan.
Di TKP ABA, terdapat sekitar 23 orang jukir di lantai 1 dan 70-an lainnya di lantai 2 dan 3.
Karenanya di Menara Kopi yang memiliki keterbatasan lahan parkir, pengelola akhirnya harus mengambil inisiatif melakukan pembagian shift kerja.
Jukir dan petugas di bagian bawah akan dibagi dalam shift pagi, siang, dan malam.
Sedangkan yang di bagian atas hanya akan masuk satu kali dalam sehari dan berganti orang di hari berikutnya.
Hal ini dilakukan karena janji Pemkot untuk menyiapkan 30 titik distribusi para juru parkir belum juga terealisasi
"Kami tetap minta agar tidak ada pengurangan tenaga. Semua harus tetap bisa bekerja dan beradaptasi di tempat baru," ungkapnya.
Dimulai pasca Idul Adha
Agil menambahkan, meski sudah mulai ada persiapan relokasi, pemindahan penuh pedagang dan jukir ke Menara Kopi belum akan dilakukan dalam waktu dekat.
Pertemuan dengan para pedagang telah dilakukan, dan mereka diminta bersabar hingga proses penataan rampung.
Namun diperkirakan pemindahan resmi dilakukan setelah libur panjang Idul Adha pada minggu ini.
"Tapi yang paling penting sekarang ini adalah bagaimana akses masuk itu bisa diperlancar. Kalau aksesnya lancar, beban psikologis pedagang juga berkurang dan rasa percaya diri mereka bisa pulih," ujarnya.
Sementara salah seorang jukir, Tri Suwito mengaku selama penataan Menara Kopi belum kelar, dia tidak bisa membuka lapak parkir di kawasan tersebut.
Padahal TKP ABA sudah ditutup dan tidak lagi bisa digunakan saat ini
"Yang jelas, soal kepindahannya saya belum tahu pasti. Tapi yang pasti, mulai hari ini, lokasi yang lama sudah ditutup. Bus pun tidak bisa masuk ke sana," ujar dia.
Suwito mengungkapkan Pemkot meminta jukir menerima dan menyesuaikan kondisi di Menara Kopi. Mereka baru bisa beroperasi pasca kawasan baru sudah jadi ditata.
Namun dia berharap sebelum dibuka, ada akses jalan dari sisi barat agar kendaraan juga bisa masuk ke kawasan Menara Kopi.
Sebab, saat ini akses jalan menuju Malioboro tertutup divider.
"Iya, harapannya ada kebijakan untuk membuka akses jalan. Kemarin dari koordinator TKP ABA, dan beberapa lainnya juga sudah meminta agar akses jalan dibuka kembali. Agar lebih mudah dilalui mobil dan motor karena sekarang, kalau naik mobil atau motor harus memutar jauh lewat stadion. Itu menambah waktu dan menyulitkan," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Kepsek Roni Ardiansyah Akhirnya Kembali ke Sekolah, Disambut Tangis Haru Ratusan Siswa
-
Bukan Cuma Joget! Kenalan dengan 3 Influencer yang Menginspirasi Aksi Nyata untuk Lingkungan
-
Heboh! Rekening Nasabah Bobol Rp70 Miliar di BCA, OJK dan SRO Turun Tangan, Perketat Aturan!
-
Emiten Sejahtera Bintang Abadi Textile Pailit, Sahamnya Dimiliki BUMN
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
Terkini
-
DANA Kaget: Cuma Klik Langsung Dapat Saldo? Ini 3 Link Aktif yang Bisa Diklaim
-
Tetap Tenang, Simak 10 Tips Bagi yang Baru Pertama Kali Naik Pesawat
-
Waspada Hujan di Jogja! Ini Prakiraan Cuaca BMKG untuk 18 September 2025
-
Bantul Optimis Swasembada Beras 2025: Panen Melimpah Ruah, Stok Aman Hingga Akhir Tahun
-
Sampah Menggunung: Jogja Kembali 'Numpang' Piyungan, Kapan Mandiri?