SuaraJogja.id - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman menerjunkan 358 petugas pemantau dalam Idul Adha 2025.
Petugas sudah mulai melakukan pemantauan sebelum hingga selesai penyembelihan besok.
Plt. Kepala Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3), Rofiq Andrianto menuturkan pemantauan hewan kurban sebelum dipotong atau antemortem dilakukan sudah sejak 3-5 Juni 2025.
"Kita sudah minta teman-teman memutar untuk pemeriksaan antemortem hewan. Sehingga masih hidup kita periksa dulu, hewan yang sudah ada di teman-teman yang mau menyembelih, misal takmir masjid," kata Rofiq, Kamis (5/6/2025).
Kemudian bakal dilanjutkan untuk pemantauan pemotongan hewan kurban setelah dipotong atau postmortem yang dilakukan mulai 6-8 Juni 2025.
Terkait pemeriksaan postmortem atau setelah penyembelihan sendiri, kata Rofiq bertujuan untuk memastikan kondisi daging hewan kurban benar-benar bersih dari penyakit.
Salah satu yang menjadi perhatian dari tahun ke tahun setiap penyembelihan hewan kurban adalah cacing hati.
Berdasarkan data tahun lalu, setidaknya masih ada 5-6 persen hewan kurban yang terpapar cacing hati.
"Postmortem itu pemeriksaan khususnya untuk indikasi adanya cacing hati dan memang probabilitas cacing hati itu masih cukup tinggi berkaca dengan tahun kemarin. Ya masih ada sekitar kurang lebih 5-6 persen hewan kurban terpapar cacing hati," ungkapnya.
Baca Juga: Berkah Idul Adha: Prabowo Kirim Sapi Raksasa untuk Penggerobak Sampah & Pasukan Kuning Yogyakarta
Disampaikan Rofiq, pemantauan ke tiitk-titik pemotongan hewan kurban itu dilakukan oleh PNS, THL lingkup Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan.
Dibantu oleh para Dokter Hewan Mandiri, relawan PDHI dan Kader Kesehatan Hewan sejumlah 300 orang.
Masih ditambah pula dengan mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan UGM sebanyak 58 orang. Sehingga total jumlah petugas sebanyak 358 orang.
Terpisah, Dosen Fakultas Peternakan (Fapet) UGM, Tristianto Nugroho turut menyoroti soal temuan cacing hati pada hewan kurban.
Hal itu penting untuk diperhatikan masyarakat sebab dapat menular dari hewan ke manusia atau zoonosis.
Biasanya hewan ternak yang jarang diberikan obat cacing berpotensi mengidap penyakit tersebut. Ditambah sejumlah faktor lain.
"Pemeriksaan organ dalam khususnya hati penting, karena biasanya ternak yang tidak sering diberi obat cacing itu biasanya ada cacing hati," ucap Tristianto.
"Ini adalah jenis penyakit yang zoonosis, jenis penyakit yang bisa menular dari hewan ke manusia kalau terkonsumsi, sehingga ini fokus untuk diperiksa," imbuhnya.
Untuk diketahui, Penyakit cacing hati (fascioliasis) adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit Fasciola hepatica atau Fasciola gigantica.
Cacing ini biasanya menyerang hati dan saluran empedu hewan ternak seperti sapi dan kambing. Infeksi bisa menyebar ke manusia bila mengonsumsi daging atau hati yang terkontaminasi dan dimasak tidak sempurna.
Bagaimana Mengenali Daging yang Terinfeksi Cacing Hati?
1. Periksa bagian hati hewan
Cacing hati paling sering ditemukan di organ hati. Ciri-ciri hati yang terinfeksi:
Permukaannya tidak mulus atau terdapat lubang-lubang kecil.
Ada warna keputihan atau keabuan, berbeda dari warna hati yang segar (merah tua).
Saat dibelah, bisa terlihat cacing pipih berwarna putih keabuan.
Hati terlihat mengeras atau ada bagian yang rusak.
2. Bau daging
Daging atau hati yang terinfeksi kadang berbau tidak sedap, amis yang menyengat, atau bau busuk ringan.
3. Periksa di rumah potong hewan resmi
Beli daging di tempat resmi dengan surat keterangan ASUH (Aman, Sehat, Utuh, Halal). Biasanya hewan yang disembelih telah melalui pemeriksaan ante-mortem dan post-mortem oleh dokter hewan.
Langkah Aman Memasak:
Cuci bersih dengan air mengalir. Hilangkan kotoran dan lendir pada daging.
Masak sampai matang sempurna (≥70°C)
Panas tinggi akan membunuh larva atau telur parasit. Hindari mengonsumsi daging setengah matang atau mentah (misalnya: sate setengah matang, steak rare).
Rebus sebelum dimasak lebih lanjut
Merebus daging dan hati sebelum ditumis atau digoreng bisa membantu membunuh parasit secara menyeluruh.
Jangan mencampur talenan dan pisau
Gunakan alat masak terpisah antara daging mentah dan makanan matang untuk mencegah kontaminasi silang.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Tinggal Jay Idzes, Mohon Maaf Pintu Klub Sudah Ditutup
- Resmi! Thijs Dallinga Pemain Termahal Timnas Indonesia 1 Detik Usai Naturalisasi
- Makin Menguat, Striker Cetak 3 Gol di Serie A Liga Italia Dinaturalisasi Bersama Mauro Zijlstra
- Thijs Dallinga Ogah Bahas Peluang Bela Belanda, Sepakat Perkuat Timnas Indonesia?
- 1 Detik Naturalisasi 9 Pemain Keturunan Ini Harga Pasaran Timnas Indonesia Tembus Rp 1 Triliunan!
Pilihan
-
3 Film Jadi Simbol Perlawanan Terhadap Negara: Lebih dari Sekadar Hiburan
-
OJK Beberkan Fintech Penyumbang Terbanyak Pengaduan Debt Collector Galak
-
Tarif Trump 19% Berlaku 7 Agustus, RI & Thailand Kena 'Diskon' Sama, Singapura Paling Murah!
-
Pemerintah Dunia dan Tenryuubito: Antagonis One Piece yang Pungut Pajak Seenaknya
-
Persija Jakarta Bisa Lampaui Persib di Super League 2025/2026? Eks MU Beri Tanggapan
Terkini
-
Target PAD Pariwisata Bantul Terlalu Ambisius? Ini Strategi Dinas untuk Mengejarnya
-
Marak Pembangunan Abaikan Lingkungan, Lanskap Ekosistem DIY Kian Terancam
-
Status Kedaruratan Ditingkatkan Pasca Kasus Leptospirosis, Pemkot Jogja Sediakan Pemeriksaan Gratis
-
Bosan Kerja Kantoran? Pemuda Ini Buktikan Keripik Pisang Bisa Jadi Bisnis Menguntungkan di Kulon Progo
-
PSBS Biak 'Kuasai' Maguwoharjo, Pemkab Sleman Beri Lampu Hijau, Bagaimana Nasib PSIM?