SuaraJogja.id - Yogyakarta, kota yang dikenal dengan denyut pendidikan dan pariwisatanya, kini tengah menghadapi realita pahit.
Di balik citra romantisnya, badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) telah menerjang, membuat 2.495 pekerja kehilangan mata pencaharian hanya dalam separuh pertama tahun 2025.
Ini bukan sekadar angka statistik, ini adalah sinyal bahaya bagi stabilitas ekonomi dan sosial di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Sleman Jadi Episentrum, Garmen Jadi Korban Utama
Data dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) DIY menunjukkan gambaran yang mengkhawatirkan. Kabupaten Sleman, wilayah yang identik dengan pertumbuhan pesat, justru menjadi episentrum badai PHK ini.
Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Disnakertrans DIY, R. Darmawan, memaparkan rincian yang membuat kita mengelus dada.
"Laporan dari kabupaten/kota jumlahnya mencapai 2.495. Yang paling banyak itu Sleman," ujarnya dikutip, Selasa (15/7/2025).
Untuk memahaminya lebih jelas, mari kita bedah angkanya:
Sleman: 1.940 kasus
Baca Juga: Jokowi Dipolisikan Rismon Sianipar soal Ucapan di Dies Natalis UGM 2017? Polda DIY Bilang Begini
Bantul: 360 kasus
Kota Yogyakarta: 123 kasus
Kulon Progo: 32 kasus
Gunungkidul: 29 kasus
Lalu, siapa yang paling terpukul? Sektor garmen menjadi korban utamanya.
"Yang paling terdampak itu sektor garmen. Karena ada kebakaran, juga karena ekspornya turun tajam, akhirnya perusahaan tidak mampu membayar dan melakukan PHK," jelas Darmawan.
Kombinasi musibah dan pelemahan pasar global menjadi pukulan telak yang memaksa perusahaan merumahkan ribuan pekerjanya.
Solusi Pemerintah: Antara Harapan dan Kritik Tajam
Pemerintah tidak tinggal diam. Kepala Disnakertrans DIY, Aria Nugrahadi, menegaskan bahwa PHK adalah opsi terakhir.
Ketika tak terhindarkan, hak-hak pekerja seperti pesangon, Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP), dan Jaminan Hari Tua (JHT) wajib dipenuhi.
"Terjadinya PHK itu tidak diinginkan oleh perusahaan, tenaga kerja, maupun pemerintah. Maka, PHK itu harus menjadi opsi terakhir," tegas Aria.
Sebagai jaring pengaman, pemerintah menawarkan program JKP hingga pelatihan peningkatan kapasitas di balai latihan kerja (BLK) untuk membantu korban PHK agar bisa kembali berdaya saing.
Namun, di tengah upaya tersebut, sebuah kritik tajam justru datang dari internal pemerintah sendiri, menyorot salah satu solusi paling populer: job fair.
Aria Nugrahadi secara terbuka menilai perlunya pembenahan fundamental dalam penyelenggaraan job fair yang selama ini sering digelar.
Menurutnya, acara bursa kerja tidak boleh lagi hanya bersifat seremonial.
"Pra-job fair itu penting. Harus ada sinkronisasi antara kebutuhan dunia usaha dan kompetensi pencari kerja. Setiap pelaksanaan job fair juga harus dievaluasi agar hasilnya terukur, bukan sekadar terlaksana," kritik Aria.
Pernyataan ini seolah menjadi tamparan keras. Di saat ribuan orang putus asa mencari kerja, efektivitas job fair dipertanyakan.
Apakah selama ini job fair hanya menjadi ajang formalitas tanpa benar-benar memetakan kebutuhan riil industri dan kemampuan para pencari kerja? Ini adalah pertanyaan krusial yang harus dijawab.
Waktunya Berbenah, Bukan Sekadar Bertahan
Gelombang PHK di DIY, khususnya di Sleman, adalah cerminan dari tantangan ekonomi yang lebih besar.
Solusi yang ditawarkan pemerintah, seperti program JKP dan pelatihan, memang penting.
Namun, kritik terhadap job fair menunjukkan adanya kesadaran bahwa strategi yang lebih cerdas dan terukur sangat dibutuhkan.
Kini, bola panas ada di tangan pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan.
Mampukah mereka merancang solusi yang tidak hanya reaktif, tetapi juga strategis untuk menyambungkan kembali para pencari kerja dengan industri yang membutuhkan?
Berita Terkait
Terpopuler
- Pratama Arhan dan Azizah Salsha Dikabarkan Rujuk, Ini Penjelasaan Pengadilan Agama Tigaraksa
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
- Buktinya Kuat, Pratama Arhan dan Azizah Salsha Rujuk?
Pilihan
-
Nadiem Makarim Jadi Menteri Ke-7 Era Jokowi yang Jadi Tersangka Korupsi, Siapa Aja Pendahulunya?
-
Jadwal dan Link Streaming Timnas Indonesia vs Taiwan Malam Ini di GBT
-
Pelatih Persija Kasihan dengan Gerald Vanenburg, Soroti Situasi Timnas Indonesia U-23
-
Harga Emas Antam Lebih Murah Hari Ini Jadi Rp 2.042.000 per Gram
-
Video Lawas Nadiem Makarim Viral Lagi, Ngaku Lahir di Keluarga Anti Korupsi!
Terkini
-
Jogja Siap Bebas Sampah Sungai! 7 Penghadang Baru Segera Dipasang di 4 Sungai Strategis
-
Gunungan Bromo hingga Prajurit Perempuan Hadir, Ratusan Warga Ngalab Berkah Garebeg Maulud di Jogja
-
JPW Desak Polisi Segera Tangkap Pelaku Perusakan Sejumlah Pospol di Jogja
-
Berkah Long Weekend, Wisata Jip Merapi Kembali Melejit Meski Sempat Terimbas Isu Demonstrasi
-
Senjata Baru Taman Pintar Yogyakarta: T-Rex Anyar dan Zona Laut Imersif Demi Gaet Pengunjung