SuaraJogja.id - Pelaku usaha distribusi yang menyuplai kebutuhan pasar modern mengaku makin tercekik oleh ketidakpastian regulasi.
Apalagi saat ini ada tekanan berat terkait tarif 19 persen dari Presiden AS, Donald Trump sebagai efek lanjutan dari perang dagang global.
"Kita dibebani tarif 19 persen, sementara Amerika malah 0 persen. Ini sangat merugikan kami di dalam negeri. Khususnya bagi supplier dan distributor yang pasarnya lokal," ungkap Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia (AP3MI) DIY-Jateng, Tanu Kismanto dikutip Minggu (20/7/2025).
Menurut Tanu, para distributor kini beroperasi dalam kondisi yang sangat berat di tengah resesi global.
Tak hanya terhimpit kebijakan luar negeri namun juga aturan dalam negeri yang tumpang tindih serta tekanan dari pasar modern.
"Teman-teman distributor ini margin-nya terbatas, tapi harus berhadapan dengan regulasi yang seringkali menekan. Bahkan, ada kebijakan yang menurut kami di luar nalar, tidak sesuai teknis bisnis. Akibatnya, kami habis-habisan," ungkapnya.
Menurut Tanu, kondisi ekonomi nasional saat ini tengah lesu sejak awal tahun. Ia mencontohkan sektor padat karya seperti tekstil banyak yang gulung tikar. Bahkan, dampaknya terasa hingga ke hilir distribusi ritel.
Penurunan daya beli masyarakat juga terlihat dari data mudik Lebaran. Angka pemudik yang turun hampir 20 juta orang berpengaruh langsung ke distribusi beragam retail di tingkat daerah.
"Kami sempat berharap Lebaran bisa menjadi titik balik penjualan. Tapi ternyata, barang yang sudah kami kirim ke toko malah banyak yang retur. Ada perusahaan yang return-nya sampai 30 persen. Di kampung, belanja di warung itu yang memutar ekonomi. Sekarang tidak bergerak," tandasnya.
Baca Juga: Diplomasi Indonesia Diuji: Mampukah RI Lolos dari Tekanan Trump Tanpa Kehilangan Cina?
Di tingkat internal, lanjutnya, belum adanya satu regulasi baku untuk mengatur hubungan antara distributor dan ritel modern.
Setiap outlet punya kebijakan masing-masing sehingga tidak ada regulasi yang jelas.
Karenanya AP3MI DIY-Jateng berupaya melakukan inventarisasi anggota aktif di wilayah Solo-Yogyakarta. Apalagi saat ini diperkirakan masih di bawah 100 distributor yang aktif.
"Setiap outlet punya kebijakan masing-masing. Ada yang minta tambahan diskon atau margin sekian persen. Padahal prinsipalnya juga punya batas. Ini membuat bisnis tidak fair dan tidak bisa tumbuh bersama," ungkapnya.
Di tengah situasi yang serba tidak menentu, distributor hanya berharap satu hal dari pemerintah, yakni kepastian hukum, pasar dan ekonomi.
Selain itu, antar-kementerian diharapkan tidak membuat kebijakan yang saling bertolak belakang.
Berita Terkait
-
Diplomasi Indonesia Diuji: Mampukah RI Lolos dari Tekanan Trump Tanpa Kehilangan Cina?
-
Tanggapi Langkah Tarif Trump, Wali Kota Jogja: Kuatkan Produk Lokal!
-
Wamenkes RI Bicara soal Keputusan Trump Stop Bantuan Obat: APBN Kita Sudah Cukup
-
Matangkan Persiapan Makan Bergizi Gratis, Dapur di Sleman Bakal Atur Jam Distribusi Makanan
-
Trump Terpilih Sebagai Presiden Amerika, Pakar HI UMY: Indonesia Perlu Waspadai Soal Kebijakan Impor
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
Harga Emas Hari Ini Turun: Antam Belum Tersedia, Galeri 24 dan UBS Anjlok!
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
Terkini
-
Sinyal Kuat Kejari: Sri Purnomo Tak Sendiri, Jaringan Korupsi Dana Hibah Sleman Dibongkar
-
Miris! 7.100 Warga Penerima Bansos di Jogja Terindikasi Terjerat Judol
-
Deadline Proyek di Gunungkidul Dikejar: DPRD Tak Ingin Hujan Jadi Alasan
-
Setelah Diperiksa Intensif, Mantan Bupati Sleman Sri Purnomo Resmi Ditahan Terkait Kasus Korupsi
-
WNA Tiongkok 'Nakal' di Yogyakarta: Alih-Alih Pelatihan, Malah Kerja Ilegal?