Ruang LDT kini pun juga memperkenalkan konsep green place making yang mana tidak ada pohon yang ditebang dalam proses penataan dan pembangunan ruang tersebut.
"Ini nggak ada satu tanaman di situ yang dipotong. Daun jatuh nanti di belakang dikelola, udah ada komposting," imbuhnya.
Fokus Rangkul Kaum Marjinal
Huda menegaskan bahwa Yayasan LDT punya semangat inklusif yang kuat. Terlebuh fokus utamanya adalah kaum marjinal atau mereka yang kerap terpinggirkan dari akses pendidikan, sosial dan ruang aman berekspresi.
"Jadi aku fokusnya memang marginalized community ini. Kelompok marjinal," ucapnya.
Barang-barang yang digunakan pada hampir seluruh area LDT pun sebagian besar merupakan barang bekas yang dikurasi dan diperbaiki ulang.
"Narasi yang kita bangun, itu adalah kesempatan kedua. Jadi semua barang-barang di sini itu, semua kan bekas, arang elek. Tapi kalau kita atur, kita kurasi," tandasnya.
Apalagi ketika melihat tepat maka Dusun Betakan, Sumberahayu, Moyudan ini bisa dibilang salah satu yang berada di ujung Sleman. Jauh dari hiruk pikuk dan kemewahan di kabupaten kota.
Ada beberapa daerah yang itu tidak beruntung wilayahnya, seperti kita ini. Tidak beruntung apa aja. Jauh dari pusat Sleman, Dan seringkali terabaikan.
Baca Juga: Sleman Perluas Jangkauan Bus Sekolah Gratis: Prioritaskan Lereng Merapi & Prambanan
"Jadi apapun yang kita lakukan itu ada aspek literasi. Literasi itu tadi sampai ada refleksi. Orang-orang sudah ngumpul bermain di sini saja sudah senang banget. Minimal, standar lah, resik [bersih]," tegasnya.
Literasi Masih di Bawah Nasional
Christina Rini Puspitasari, selaku Kabid Pembinaan dan Pengelolaan Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sleman, menilai kegiatan semacam ini menjadi energi baru dalam gerakan literasi.
Apalagi jika melihat tingkat kegemaran membaca (TGM) di Sleman masih berada di bawah rata-rata secara nasional.
"Kalau pusat sekitar 7,6 kalau kita sekitar 6,8. Ya ini gayung bersambut dengan kegiatan seperti ini, action langsung dan malah diinisiasi swasta dan bagus sekali," ujar Christina.
Diungkapkan Christina, dari data TGM tahun 2024 lalu justru menunjukkan variasi antar Kapanewon di Sleman.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Bukan Akira Nishino, 2 Calon Pelatih Timnas Indonesia dari Asia
- Diisukan Cerai, Hamish Daud Sempat Ungkap soal Sifat Raisa yang Tak Banyak Orang Tahu
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
- 3 Rekomendasi Mobil Keluarga 9 Seater: Kabin Lega, Irit BBM, Harga Mulai Rp63 Juta
Pilihan
-
Makna Mendalam 'Usai di Sini', Viral Lagi karena Gugatan Cerai Raisa ke Hamish Daud
-
Emil Audero Akhirnya Buka Suara: Rasanya Menyakitkan!
-
KDM Sebut Dana Pemda Jabar di Giro, Menkeu Purbaya: Lebih Rugi, BPK Nanti Periksa!
-
Mees Hilgers 'Banting Pintu', Bos FC Twente: Selesai Sudah!
-
Wawancara Kerja Lancar? Kuasai 6 Jurus Ini, Dijamin Bikin Pewawancara Terpukau
Terkini
-
Dapat Duit Gratis dari DANA? Bongkar Trik DANA Kaget, Siapa Cepat Dia Dapat
-
Sleman Genjot Ekonomi Timur: Jalan Prambanan-Lemahbang Jadi Andalan, Warga Terima Sertifikat
-
Terungkap, Alasan PSIM Hancurkan Dewa United: Van Gastel Pilih Liburkan Pemain Setelah Kalah
-
Proyek Strategis Nasional (PSN) Untungkan Siapa? Jeritan Petani, Perempuan, dan Masyarakat Adat yang Terpinggirkan
-
Makan Bergizi Gratis Mandek? Guru Besar UGM: Lebih Baik Ditinjau Ulang