SuaraJogja.id - Tim Pengabdian Masyarakat (ABDIMAS) FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta bersama Universitas Kristen Immanuel (UKRIM) Yogyakarta sukses mengembangkan teknologi pengering tenaga surya (Solar Tunnel Dryer) untuk meningkatkan kualitas produk herbal.
Inovasi ini mendapat dukungan pendanaan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI pada 2025.
Solar Tunnel Dryer adalah teknologi pengeringan berbasis energi matahari yang memanfaatkan terowongan tertutup berlapis plastik atau material transparan khusus.
Koordinator tim, Dr. Victoria Sundari Handoko, menjelaskan bahwa iklim tropis Indonesia dengan kelembapan tinggi, terutama di musim hujan, sering menghambat pengeringan alami.
Teknologi ini dirancang untuk mempercepat proses pengeringan produk pertanian, menjaga kebersihan, dan memanfaatkan energi matahari yang melimpah secara efisien.
Teknologi ini difokuskan pada pengolahan tanaman herbal seperti kunyit, lidah buaya, serai, dan bunga telang, khususnya untuk anggota BUMDes Tamanmartani, Kalasan, Sleman.
Menurut Victoria, banyak petani dan pelaku BUMDes memiliki stok tanaman herbal melimpah namun terkendala pengeringan pascapanen.
Dengan Solar Tunnel Dryer, hasil pengeringan lebih higienis, bernilai gizi tinggi, ramah lingkungan, dan mampu meningkatkan nilai jual produk.
Emerita Setyowati, anggota tim, menambahkan bahwa metode ini lebih unggul dibandingkan pengeringan tradisional karena melindungi produk dari hujan, debu, dan serangga, serta menghasilkan suhu stabil untuk kualitas yang lebih terjaga.
Baca Juga: Sport Tourism di Sleman Menggeliat: Ribuan Pelari Padati Sleman Temple Run 2025
"Produksi pertanian yang melimpah memerlukan metode pengeringan cepat dan higienis untuk mencegah pembusukan. Energi matahari melimpah di Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi murah dan ramah lingkungan," katanya Emerita dari keterangan yang diterima Senin (11/8/2025).
Sejalan dengan Program Nasional ASTACITA
Pengembangan teknologi ini mendukung misi ASTACITA pemerintah Indonesia, khususnya dalam swasembada pangan, energi, dan ekonomi kreatif berbasis potensi desa.
Tujuannya adalah mendorong pemerataan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat menuju Indonesia Emas 2045.
Tomi Nugraha, Sekretaris Desa Tamanmartani sekaligus anggota BUMDes, mengungkapkan tantangan yang dihadapi desa, mulai dari proses pengeringan hingga lemahnya identitas merek produk herbal.
Ia berharap teknologi ini dapat meningkatkan kualitas, daya tahan, dan citra produk herbal lokal.
Berita Terkait
-
Ngeri, Mortir Diduga Aktif Ditemukan di Sleman, Dievakuasi ke Lokasi Aman
-
Sport Tourism di Sleman Menggeliat: Ribuan Pelari Padati Sleman Temple Run 2025
-
Mural One Piece Dihapus, Pemuda Sleman Lawan dengan Pesan Menohok: Kebenaran Akan Terus Hidup!
-
Mural One Piece Berlatar Merah Putih di Sleman Dihapus Paksa: Lecehkan Negara?
-
Heboh Mural One Piece di Sleman, Bupati: Ekspresi Boleh, Tapi... Ada Syaratnya
Terpopuler
- Sama-sama dari Australia, Apa Perbedaan Ijazah Gibran dengan Anak Dosen IPB?
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Lihat Permainan Rizky Ridho, Bintang Arsenal Jurrien Timber: Dia Bagus!
- Ousmane Dembele Raih Ballon dOr 2025, Siapa Sosok Istri yang Selalu Mendampinginya?
- Jadwal Big 4 Tim ASEAN di Oktober, Timnas Indonesia Beda Sendiri
Pilihan
Terkini
-
Buntut Korupsi di Sleman: Bupati Harda Kiswaya Singgung Godaan dan Pentingnya Ingat Akhirat
-
Makan Bergizi Gratis Berujung Maut? Pakar Hukum Ungkap Pintu Lapor untuk Korban Keracunan
-
Eks Kadiskominfo Sleman jadi Tersangka Korupsi Internet, Pemkab Pastikan Tak Beri Pendampingan Hukum
-
Tak hanya Tambah ISP Fiktif, Mantan Kadiskominfo Sleman juga Terima Suap Rp901 Juta dari Korupsi
-
Profil Eka Surya Prihantoro yang Berakhir Tragis, Jabat Pj Sekda Sleman hingga Tersangka Korupsi