Arif menambahkan, dari penelitian yang dilakukan bersama sejumlah dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD) terhadap 35 ribu guru, ditemukan dua klaster besar.
Pertama, guru yang memiliki pengetahuan tinggi tentang pembelajaran mendalam, namun sikapnya rendah.
Kedua, guru dengan pengetahuan sedang, tetapi sikapnya positif.
Kondisi ini berbahaya karena sikap guru berpengaruh langsung terhadap pembentukan cara berpikir siswa.
Tanpa kesediaan guru untuk mengubah pendekatan, siswa akan terus terjebak pada pola belajar hafalan yang tidak menghubungkan pengetahuan dengan realitas sosial.
"Persoalan sebenarnya bukan pada pengetahuan, tetapi pada sikap. Banyak guru menolak karena sudah terbiasa dengan zona nyaman. Bahkan sebelum memahami, mereka sudah bersikap defensif terhadap kebijakan baru," ujar dia.
Arif menambahkan pendidikan yang tidak membekali siswa dengan pemahaman realitas akan menciptakan generasi yang pintar secara akademik, tetapi gagal dalam membuat kebijakan yang adil ketika kelak memegang kekuasaan.
Sebaliknya, jika pembelajaran mendalam diterapkan secara konsisten, siswa akan tumbuh menjadi generasi yang mampu mengaitkan ilmu dengan kehidupan nyata.
Ketika kelak menjadi pengambil keputusan, mereka akan merancang kebijakan yang berpihak pada kepentingan rakyat.
Baca Juga: Sekda Sleman Klarifikasi "Guru Cicipi Dulu Makanan Bergizi Gratis": Ini Penjelasan Lengkapnya
"Kalau mereka menjadi pemimpin, orang-orang pintar itu akan membuat riset, membuat kebijakan, tetapi tidak berpihak pada rakyat. Karena mereka tidak paham realitas yang dihadapi masyarakat," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Batik Malessa Mendapatkan Pendampingan dari BRI untuk Pembekalan Bisnis dan Siap Ekspor
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi