Muhammad Ilham Baktora
Rabu, 03 September 2025 | 15:18 WIB
Karya grafiti seniman Jogja di Jokteng yang dihapus oleh orang tak dikenal Rabu (3/9/2025). [/Kontributor/Putu]

Mereka sepakat jangan ada satupun seniman yang lari.

Sebab bagi mereka, aksi grafiti itu bukan sekadar coretan.

Namun lebih dari itu merupakan pesan moral yang bisa terus menggema di ruang publik.

"Hadapi bersama. Tidak ada yang takut. Kalau ada tulisan 'Awas Intel' kemudian dihapus berarti memang ada yang tersinggung. Kalau mural dihapus, sejarah dan komunikasinya juga ikut hilang. Padahal isu ini nasional, musuh kami adalah DPR, bukan polisi. Tapi karena polisi jadi tameng, represif, memukul, menculik, ya kami tersinggung," ungkapnya.

Meski begitu, para seniman belum memutuskan apakah akan membuat karya baru dalam waktu dekat.

Mereka memilih melihat situasi, mengingat wajah mereka sudah banyak difoto saat kejadian.

Mereka sudah berkoordinasi dengan lembaga bantuan hukum (LBH).

Hal itu dilakukan agar posisi mereka lebih kuat. Di tengah tekanan, Kinky menegaskan mereka akan terus bersuara.

"Kalau kalian tidak menyenggol kami, kami tidak akan turun ke jalan. Tapi ketika ada yang berusaha membungkam, kami tidak akan tinggal diam. Kami pekerja seni, dan seni adalah suara rakyat," imbuhnya.

Baca Juga: Ricuh Depan Mapolda DIY: 60 Orang Diamankan, Satu Pelajar Bawa Bom Molotov

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More