Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 17 September 2025 | 20:14 WIB
Ilustrasi bekerja. [Pexels/Vlada Karpovich]
Baca 10 detik
  • Fenomena Job Hugging menjadi tren di Indonesia saat ini
  • Job Hugging memiliki makna kecenderungan tetap bertahan dalam pekerjaan meski sudah tak lagi termotivasi dengan pekerjaan itu
  • Fenomena ini muncul terjadi karena sejumlah faktor, masalah lapangan pekerjaan masuk dalam salah satunya
[batas-kesimpulan]

SuaraJogja.id - Kekinian muncul fenomena job hugging di tengah masyarakat atau para pekerja di Indonesia.

Fenomena ini merupakan kecenderungan untuk tetap bertahan dalam satu pekerjaan yang tengah dijalani.

Meskipun sudah tidak memiliki minat dan motivasi dalam pekerjaan tersebut.

Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Tadjuddin Noer Effendi, mengungkapkan fenomena ini sebenarnya bukanlah hal baru.

Hal itu juga bukan muncul tanpa sebab, melainkan tak sedikit yang kemudian terpaksa menetap pada satu pekerjaan itu untuk dapat bertahan hidup.

Apalagi di tengah ketidakpastian ketersediaan lapangan kerja.

Kondisi itu diperparah dengan maraknya ancaman PHK Massal dan tekanan ekonomi yang semakin memberatkan masyarakat.

Berbagai situasi pasar kerja yang cukup sulit itu menjadi salah satu faktor masyarakat cenderung bertahan pada pekerjaannya.

"Mencari pekerjaan baru memiliki resiko yang tinggi, maka mereka cenderung memilih bertahan," kata Tadjuddin, Rabu (17/9/2025).

Baca Juga: PHK Merajalela, Pekerja Formal Jadi Informal: Krisis Ketenagakerjaan Indonesia Semakin Dalam?

Selain itu, faktor keamanan finansial dan stabilitas menjadi alasan paling dominan dalam job hugging. Meskipun situasi kerja tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Kondisi itu diibaratkan seperti pepatah 'berharap burung terbang tinggi, punai di tangan dilepaskan'.

"Lebih baik bertahan dengan pekerjaan yang ada saat ini daripada mengambil keputusan yang cukup beresiko dan belum pasti untuk kedepannya," tuturnya.

Tadjuddin menilai situasi pasar kerja dalam lima tahun belakangan ini nemang tidak menentu.

Mulai dari angka pengangguran tinggi, daya beli rendah, serta laju ekonomi yang melambat.

Permasalahan ini memiliki efek domino terhadap serapan tenaga kerja baru terutama untuk fresh graduate.

Load More