- MBG menuai pro dan kontra setelah para petinggi BGN tak ada satupun yang berlatar belakang gizi
- Keracunan akibat menu MBG yang tak diawasi ketat mengorbankan 6.000 orang
- Pemerintah harus melakukan reformasi kebijakan untuk MBG jika ingin program ini terus berjalan
SuaraJogja.id - Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang digagas dengan tujuan mulia untuk meningkatkan asupan gizi anak-anak Indonesia, kini menjadi sorotan tajam menyusul ribuan kasus keracunan massal di berbagai daerah.
Data menunjukkan bahwa lebih dari 6.000 siswa dan masyarakat telah menjadi korban keracunan setelah mengonsumsi menu MBG.
Situasi ini memicu gelombang kritik dan desakan agar pemerintah segera melakukan evaluasi menyeluruh serta memperbaiki tata kelola program.
Gelombang Keracunan Massal: Lebih dari 6.000 Korban Berjatuhan
Sejak diluncurkan pada awal 2025, program MBG telah mencatat angka keracunan yang mengkhawatirkan.
Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) melaporkan sebanyak 6.425 kasus keracunan siswa dari Januari hingga September 2025, dengan lonjakan signifikan terjadi dalam dua bulan terakhir.
Sementara itu, Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat 4.711 korban hingga 22 September 2025, berdasarkan laporan kejadian luar biasa (KLB) dari dinas kesehatan daerah.
Kasus keracunan ini tersebar di setidaknya 18 provinsi, dengan angka tertinggi di Jawa Barat yang mencapai lebih dari 2.000 korban.
Tak hanya siswa, kasus ini juga menimpa masyarakat umum dan bahkan ibu hamil.
Baca Juga: Keracunan MBG Picu Trauma, Bupati Sleman: "Saya Paham, Harus Ada Solusi Cepat"
Investigasi awal mengungkap berbagai permasalahan di dapur penyedia makanan, termasuk kondisi tidak higienis, lokasi dekat kandang ternak atau tempat pembuangan sampah, hingga adanya "dapur fiktif" yang tidak memenuhi standar jarak tempuh ke sekolah.
Beberapa laporan bahkan menyebutkan temuan belatung dalam makanan.
Ketua DPR RI Puan Maharani mendesak evaluasi total terhadap program ini, mengingat bahwa keamanan pangan seharusnya menjadi prioritas utama.
Petinggi BGN Disorot: Minim Latar Belakang Gizi Profesional
Salah satu kritik utama yang muncul adalah mengenai kualifikasi petinggi dan pengurus Badan Gizi Nasional (BGN) sebagai pelaksana program MBG.
Masyarakat dan netizen menyoroti dominasi latar belakang militer (purnawirawan TNI) dalam jajaran pejabat BGN, dengan minimnya kehadiran ahli gizi profesional.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 7 Parfum Wangi Bayi untuk Orang Dewasa: Segar Tahan Lama, Mulai Rp35 Ribuan Saja
- 3 Pelatih Kelas Dunia yang Tolak Pinangan Timnas Indonesia
Pilihan
-
James Riady Tegaskan Tanah Jusuf Kalla Bukan Milik Lippo, Tapi..
-
6 Tablet Memori 128 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik Pelajar dan Pekerja Multitasking
-
Heboh Merger GrabGoTo, Begini Tanggapan Resmi Danantara dan Pemerintah!
-
Toyota Investasi Bioetanol Rp 2,5 T di Lampung, Bahlil: Semakin Banyak, Semakin Bagus!
-
Gagal Total di Timnas Indonesia, Kluivert Diincar Juara Liga Champions 4 Kali
Terkini
-
Jelang Akhir Tahun, Jogja Siap Sambut Ribuan Pejalan Kaki dari 18 Negara di Ajang Heritage Walk Internasional
-
Duh! Selebgram Magelang Terlibat Kasus Curanmor, Beli Motor Curian Harga Rp9 Juta
-
Bukan Sekadar Museum Biasa, Monjali Kini Jadi 'Laboratorium Kreatif' Digital Peringati Hari Pahlawan
-
4 Mobil Bekas Murah dan Irit, Lincah di Tengah Padatnya Kota Yogyakarta
-
Bantul Bakal Sulap 123 Hektar Lahan Jadi Kebun Raya Baru: Ini Lokasi dan Komoditas Eksotisnya