- Minyakita di Jogja mengalami kenaikan
- Hal itu menyusul permintaan besar MBG sehingga menaikkan harga minyak goreng di Jogja
- Minyakita naik dari Rp15.500 menjadi Rp15.700 per liter
SuaraJogja.id - Setelah harga telur ayam melonjak pada pertengahan Oktober 2025 ini, giliran minyak goreng yang menunjukkan tren kenaikan di Yogyakarta.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY mencatat, sejak minggu kedua Oktober 2025, harga minyak goreng kemasan maupun curah mulai mengalami kenaikan ringan akibat meningkatnya permintaan masyarakat, termasuk karena pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Kepala Disperindag DIY, Yuna Pancawati menjelaskan pola konsumsi masyarakat belakangan ini meningkat cukup signifikan seiring dengan meluasnya distribusi bahan pangan untuk kebutuhan program MBG di sekolah-sekolah.
"Kalau bulan lalu harga telur naik, sekarang minyak goreng mulai bergerak. Penyebabnya sama, yaitu dorongan permintaan yang meningkat akibat kegiatan konsumsi massal seperti MBG dan hajatan masyarakat," ungkapnya Senin (27/10/2025).
Menurut Yuna, peningkatan kebutuhan minyak goreng terlihat dari laporan para pedagang dan distributor di pasar tradisional.
Kebutuhan untuk pengolahan bahan makanan meningkat di banyak sektor, bukan hanya rumah tangga, tetapi juga sekolah, lembaga sosial, dan penyedia konsumsi untuk acara masyarakat.
Data pemantauan harga bahan pokok Disperindag DIY menunjukkan, sejak minggu kedua Oktober 2025, harga
Minyakita naik dari Rp15.500 menjadi Rp15.700 per liter. Sedangkan minyak goreng kemasan premium stabil tinggi di kisaran Rp20.500 per liter.
Sedangkan minyak goreng curah bertahan di Rp17.500 per liter.
Baca Juga: MBG Sleman Kembali Makan Korban: Ratusan Siswa Keracunan, Bupati Desak Tindakan Tegas
Namun jenis itu mulai mengalami keterbatasan pasokan di sejumlah pasar.
"Kami melihat kenaikan ini bukan karena pasokan menurun, melainkan karena distribusi stok yang terserap cepat. Banyak permintaan dari program MBG di sekolah-sekolah dan kegiatan konsumsi masyarakat lain," jelasnya.
Yuna menambahkan, siklus kenaikan harga seperti ini wajar terjadi pada masa peningkatan permintaan.
Apalagi Program MBG berjalan bersamaan dengan meningkatnya kegiatan sosial masyarakat menjelang akhir tahun.
"Jadi kebutuhan bahan masak otomatis naik," tandasnya.
Program MBG yang mulai bergulir di sejumlah wilayah menjadi salah satu penyumbang terbesar peningkatan konsumsi bahan pokok berbasis protein dan minyak nabati.
Setiap pelaksanaan MBG membutuhkan pasokan telur, daging ayam, dan minyak goreng dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan menu harian peserta.
Namun ia menegaskan, lonjakan harga ini tidak mengindikasikan krisis stok.
Disperindag sudah memastikan distribusi dari produsen ke distributor tetap berjalan normal.
"Dampaknya langsung terasa di lapangan. Telur sudah naik lebih dulu sampai Rp32.800 per kilogram di minggu ketiga Oktober, sekarang minyak goreng mulai ikut terdorong. Karena serapan cepat di pasar, maka harga sedikit naik," katanya.
Untuk menjaga agar harga bahan pokok tetap terkendali, Pemda DIY terus menggencarkan program pasar murah di lima kabupaten/kota DIY hingga akhir tahun.
Disperindag juga bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) dan jaringan distributor besar untuk memastikan ketersediaan stok di pasar tradisional dan modern.
"Pasar murah menjadi upaya konkret untuk menjaga keterjangkauan harga bagi masyarakat, khususnya menjelang akhir tahun di mana konsumsi biasanya meningkat," jelasnya.
Selain itu, Disperindag memperkuat pemantauan harga dan distribusi minyak goreng setiap minggu.
Para distributor diminta melaporkan stok secara rutin.
"Sehingga kalau ada tanda-tanda kelangkaan bisa segera diatasi," ujarnya.
Meski harga minyak goreng naik tipis, Yuna menilai situasi pasar masih dalam kategori aman dan terkendali.
Menurutnya, kenaikan ini bersifat sementara dan cenderung menurun begitu pasokan baru dari produsen tiba di pertengahan November 2025.
Ia pun mengimbau masyarakat agar tidak melakukan pembelian berlebihan. Pemerintah menjamin pasokan cukup.
Dengan langkah antisipasi tersebut, pemerintah berharap dinamika harga pangan di DIY tetap terkendali.
Pelaksanaan program MBG dapat berjalan lancar tanpa menimbulkan gejolak harga di pasaran.
"Tidak perlu panic buying. Harga-harga akan kembali stabil dalam waktu dekat. Dari pengalaman sebelumnya, pola seperti ini berlangsung singkat. Begitu distribusi menyesuaikan dengan permintaan, harga kembali normal," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
BRI Perkuat Pemerataan Ekonomi Lewat AgenBRILink di Perbatasan, Seperti Muhammad Yusuf di Sebatik
-
Liburan Akhir Tahun di Jogja? Ini 5 Surga Mie Ayam yang Wajib Masuk Daftar Kulineranmu!
-
Jelang Libur Nataru, Pemkab Sleman Pastikan Stok dan Harga Pangan Masih Terkendali
-
Waduh! Ratusan Kilometer Jalan di Sleman Masih Rusak Ringan hingga Berat
-
Dishub Sleman Sikat Jip Wisata Merapi: 21 Armada Dilarang Angkut Turis Sebelum Diperbaiki