Gudang Kayu di Sarkem Kebakaran, Ini Sejarah Singkat Pasar Kembang

Pasar Kembang Yogya ternyata memiliki nilai historis dan telah ada sejak zaman penjajahan.

Dany Garjito | Arendya Nariswari
Rabu, 02 Oktober 2019 | 13:55 WIB
Gudang Kayu di Sarkem Kebakaran, Ini Sejarah Singkat Pasar Kembang
Lokalisasi Pasar Kembang beroperasi selepas tarawih di bulan Ramadan.(Suara.com/Rahmat Ali)

SuaraJogja.id - Masyarakat Yogyakarta dikejutkan dengan terjadinya kebakaran di kawasan Pasar Kembang atau Sarkem, Rabu (2/10/19).

Diketahui Sarkem kebakaran terjadi pada pukul 10.30 di dalam sebuah gudang kayu. Beruntung, kobaran api telah dipadamkan dengan cepat

Dikabarkan satu orang tewas dalam peristiwa kebakaran di Sarkem ini.

Korban tewas kebakaran Sarkem telah dibawa menuju Rumah Sakit Bhayangkara Yogyakarta.

Baca Juga:Warga Duga Sarkem Yogyakarta Kebakaran karena Puntung Rokok atau Kompor

Sampai saat ini belum diketahui apa yang jadi penyebab terbakarnya gudang kayu di kawasan Sarkem tersebut hingga menewaskan 1 orang.

Kebakaran Sarkem Yogyakarta. (Suara.com/Atta)
Kebakaran Sarkem Yogyakarta. (Suara.com/Atta)

Di luar peristiwa kebakaran tersebut, nama Pasar Kembang tentu sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Yogyakarta.

Memiliki julukan lain Sarkem, wilayah ini dikenal sebagai kawasan prostitusi yang ada di Yogyakarta.

Sebagai informasi, lokasi prostitusi legendaris ini telah ada sejak 125 tahun yang lalu.

Tempat ini juga sebenarnya memiliki nilai historis dan juga bersejarah di Yogyakarta sejak zaman Belanda.

Baca Juga:Gudang di Sarkem Kebakaran, Ini Momen Petugas Bahu-Membahu Padamkan Api

Dahulu pada tahun 1818, tak jauh dari area Pasar Kembang terdapat proyek pembangunan rel kereta api yang akan menghubungkan Kota Yogyakarta dengan daerah lain.

Tentu saja, kawasan tersebut dipenuhi oleh para pekerja proyek yang tengah mengerjakan rel kereta api tersebut.

Agar uang gaji para pekerja kembali jadi pemasukan pemerintah Belanda, akhirnya mereka membangun Pasar Kembang.

Tujuannya sudah pasti, agar gaji pekerja dapat dibelanjakan di Pasar Kembang dan dijadikan pemasukan oleh Pemerintah Belanda.

Seiring berjalannya waktu, semenjak Indonesia merdeka, banyak pihak yang kemudian memberikan penyuluhan kepada para pekerja di Pasar Kembang.

Tetapi, keberadaan Pasar Kembang ini secara disadari atau tidak telah menunjang ekonomi dan sistem mata pencaharian warga sekitar.

Banyak warga sekitar Pasar Kembang yang membangun hotel, membuka warung makan dan terbilang relatif ramai dikunjungi wisatawan maupun penduduk lokal.

Alhasil, upaya penutupan Pasar kembang ini menjadi sulit untuk dilakukan.

Belum lagi, Pasar Kembang ini berlokasi di kawasan Malioboro yang jadi daya tarik wisatawan ketika datang ke Yogyakarta.

Kendati demikian, pemerintah Yogyakarta berharap Pasar Kembang ini janganlah dikenal sebagai wisata prostitusi.

Mereka berharap, baik wisatawan dan warga lokal mengenal Pasar Kembang tersebut sebagai tempat yang mengandung nilai historis tinggi daripada wisata prostitusi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini