SuaraJogja.id - Musim kemarau yang terjadi cukup panjang membuat Embung Nglanggeran Kabupaten Gunung Kidul kering kerontang. Bahkan kemarau yang melanda hampir delapan bulan di wilayah tersebut sudah tak menyisakan air.
Pengelola Gunung Api Purba Nglanggeran Aris Triyono mengatakan air di Embung Nglanggeran sudah habis sejak 2 bulan ini. Namun keringnya Embung Nglanggeran ini bukan kali pertama terjadi sejak dibuat empat tahun yang lalu.
Hampir setiap tahun Embung Nglanggeran selalu kering namun tak separah yang terjadi tahun ini yang membuat dasar embung yang terdiri dari endapan-endapan lumpur mengeras dan pecah-pecah.
"Dibangunnya embung ini awalnya untuk mengairi tanaman durian dan buah lainnya yang dibudidayakan di sini," tutur Aris, Rabu (9/10/2019) sore.
Baca Juga:Tiga Bulan Kekeringan, Warga Desa Ini Cuci Pakaian di Saluran Irigasi
Tak hanya bermanfaat untuk menyirami tumbuhan yang ada di sekitar embung, danau buatan ini juga menjadi destinasi wisata pendukung Utama Gunung Api Purba Nglanggeran.
Bahkan, Embung Nglanggeran menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Nglanggeran. Dalam sebulan, Aris menyebut jumlah pengunjung bisa mencapai 10 hingga 15 ribu orang.
Namun kini, akibat mengeringnya Embung Nglanggeran jumlah pengunjungnya tinggal 1.000-2.000 orang setiap bulannya. Tentunya hal tersebut berdampak pada penurunan pendapatan pengelola Embung Nglanggeran.
"Untuk masuk ke Embung, wisatawan membayar Rp 10.000 per orang," ujarnya.
Untuk mensiasatinya pengelola akan berusaha mengalihkan pengunjung ke Gunung Api Purba Nglanggeran. Lantaran di tempat tersebut, para pengunjung bisa menikmati pemandangan gunung api yang tidak aktif lagi sejak jutaan tahun lalu.
Baca Juga:Ponorogo Kekeringan, Namun Bisa Diatasi dengan Pompanisasi
Namun, jika pengunjung tetap menginginkan berkunjung ke Embung Nglanggeran pengelola biasanya menyarankan agar datang saat sore hari agar wisatawan bisa menikmati matahari terbenam dengan latar belakang embung tersebut.
- 1
- 2