Cegah Harga Elpiji Subsidi Melebihi HET, Yogyakarta Perketat Pengawasan

Kendala lain dalam pengawasan harga jual elpiji tiga kilogram adalah pangkalan yang juga memiliki usaha sebagai pengecer.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Senin, 16 Desember 2019 | 19:44 WIB
Cegah Harga Elpiji Subsidi Melebihi HET, Yogyakarta Perketat Pengawasan
Ilustrasi foto gas elpiji ukuran tiga kilogram atau gas melon. [ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/af/nz]

SuaraJogja.id - Demi menjaga harga jual elpiji bersubsidi supaya tak melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET), Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Yogyakarta berupaya memperketat pengawasannya di tingkat agen dan pangkalan.

Sementara itu, untuk pengawasan harga jual elpiji tiga kilogram di tingkat pengecer sulit dilakukan, seperti disampaikan Kepala Bidang Bimbingan Usaha Pengawasan dan Pengendalian Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Yogyakarta Benedict Cahyo Santoso di Yogyakarta, Senin (16/12/2019).

Karena itulah harga jual elpiji bersubsidi cenderung sulit dikendalikan. Bahkan perbedaan antara HET dan harga jual di pengecer cukup tinggi.

Menurut keterangan Benedict, dilansir Antara, harga jual elpiji bersubsidi di tingkat pengecer di Yogyakarta bisa mencapai sekitar Rp20.000 per tabung. Padahal, HET yang saat ini berlaku adalah Rp15.500 per tabung.

Baca Juga:Pernah Idap Toksoplasma, Bagaimana Kondisi Kehamilan Tantri Kotak Sekarang?

Bahkan, Benedict mengatakan, pernah ada temuan pangkalan yang menjual elpiji bersubsidi dengan harga melebihi HET. Pangkalan semacam ini bisa dikenai sanksi pencabutan izin distribusi.

"Yang memiliki kewenangan untuk mencabut izin pangkalan adalah agen, sehingga kami terus mendorong agen elpiji yang saat ini berjumlah 13 untuk selalu mematuhi aturan yaitu menjual sesuai HET," tutur Benedict.

Kendala lain dalam pengawasan harga jual elpiji tiga kilogram adalah pangkalan yang juga memiliki usaha sebagai pengecer. Bahkan tak jarang dua jenis tempat berjualan ini saling bersebelahan.

"Ketika kami melakukan pengawasan harga, mereka beralasan bahwa mereka bukan pangkalan, melainkan pengecer," jelas Benedict.

Ia menuturkan, selain harga, pihaknya juga melakukan pengawasan terhadap pemanfaatan elpiji bersubsidi karena ditengarai masih banyak digunakan oleh kelompok masyarakat yang tidak berhak.

Baca Juga:Gol Tunggal Conteh Antar Persipura ke Posisi Dua Klasemen Liga 1 2019

"Kami sidak ke restoran besar dan ditemukan bahwa mereka masih menggunakan elpiji tiga kilogram. Pada saat itu juga, kami menukar tabung elpiji tiga kilogram dengan Bright Gas," kata Benedict.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak