"Dan ini akibatnya memang fatal. Seperti yang sudah terjadi," kata Yuli.
Kegiatan susur sungai tersebut juga tidak dikoordinasikan dengan pengelola desa wisata di kawasan tersebut. Jika sebelumnya sudah dikoordinasikan, maka tentunya pengelola wisata kawasan tersebut akan melakukan pendampingan dan faktor keselamatan akan lebih diperhatikan.
Ketika susur sungai dikoordinasikan, lanjut Yuli, tentu saja para peserta akan mengenakan pakaian yang lebih aman dan juga dilengkapi pelampung ataupun helm sebagai pelindung kepala. Pakaian yang dikenakan juga akan disesuaikan dengan arahan, bukannya mengenakan rok panjang seperti yang dipakai oleh para korban meninggal dunia.
Pada awalnya, memang saat siswa turun ke sungai, kondisi debit air masih kecil, hanya sekitar 0,5 meter. Namun kemudian ketika sebagian besar siswa berada di dalam sungai, tiba-tiba saja air yang deras datang dari atas karena di hulu sungai tersebut hujan deras.
Baca Juga:Pencarian Korban Susur Sungai Diulang di Titik Awal, Basarnas: Ada 5 Palung
"Nah air bah tersebut membawa endapan lumpur sehingga daya dorongnya semakin kuat," terang Yuli.
Jarak antara titik awal susur sungai dengan titik finish sekitar 2 kilometer, dan saat air bah datang, tambah Yuli, sebenarnya sudah ada siswa yang sampai ke garis finish. Jadi, tidak semua siswa yang ikut susur Sungai Sempor tersebut terkena air bah.
"Ada sekitar sepertiga dari 249 siswa yang ikut susur sungai sudah di atas atau sudah mencapai garis finish," ungkapnya.
Kontributor : Julianto
Baca Juga:Penting, Langkah Ini Perlu dilakukan Sebelum Susur Sungai