Biasa Sablon Jersey Futsal, Yeye Banting Setir Produksi Masker Edukasi

Tri Yulianto dituntut memutar otak di tengah krisis semacam ini agar tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 16 April 2020 | 09:05 WIB
Biasa Sablon Jersey Futsal, Yeye Banting Setir Produksi Masker Edukasi
[Ilustrasi] Warga menjemur masker berbahan kain di Kampung Anggur, Cibodas, Kota Tangerang, Banten, Sabtu (11/4). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

SuaraJogja.id - Virus corona SARS-CoV-2, yang menyebabkan COVID-19, masih belum terselesaikan dan makin mewabah di berbagai kota di Indonesia. Kondisi yang telah ditetapkan sebagai pandemi ini pun memebrikan dampak langsung bagi banyak pelaku bisnis, tak terkecuali di bidang fesyen.

Tri Yulianto, atau yang kerap disapa Yeye, misalnya, tukang sablon jersey futsal dan kaus di Kulon Progo ini mengaku mengalami sepi permintaan pesanan selama pandemi COVID-19. Hal itu yang menuntutnya untuk memutar otak di tengah krisis semacam ini agar tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Semenjak ada pandemi corona ini, event banyak yang dibatalkan, jadi ya memang sepi pesanan untuk produksi kaus atau jersey begitu," katanya.

Baru-baru ini Yeye mendapat ide untuk memanfaatkan momen ini bukan untuk berdiam diri dan menyalahkan pemerintah; ia justru melahirkan ide kreatif dengan memutuskan banting setir mengerjakan alat pelindung diri (APD) berupa masker kain.

Baca Juga:Kenang Sosok Glenn Fredly, Once Mekel: Dia Bisa Suarakan Persatuan

Uniknya, masker bikinan warga Dusun Kalikepek, Kalurahan Giripeni, Kapanewon Wates itu didesain dengan pelbagai kalimat unik, di antaranya Nganggo Masker, Eling Kowe Rung Rabi; Social Distancing; Rasah Ngeyel; dan Lipstik Tidak Melindungimu, Rasah Negeyel. Kata-kata itu sengaja disematkan dalam rangka, selain fungsi masker untuk melindungi diri, tapi juga bisa mengedukasi masyarakat.

"Kata-kata yang tertulis di masker ini diharapkan bisa dibaca masyarakat, sehingga mereka termotivasi untuk melindungi diri masing-masing dari penularan virus," ujar Tri Yulianto, saat ditemui SuaraJogja.id di tempat usaha sablon miliknya di Kalikepek, Kamis (16/4/2020) pagi.

Yeye, yang sebelumnya mengandalakan pemasukan dari memproduksi kaus dan jersey, rata-rata bisa menghasilkan 800 buah dalam satu bulan sebelum adanya pandemi ini. Dengan jumlah itu, omzet yang diperoleh UMKM bernama Satnight Screenprinting ini dapat tembus Rp50 juta.

Adapun masker unik karya Yeye ini menggunakan bahan jenis scuba dan dryfit dengan dua lapisan kain. Kedua bahan itu sebagian merupakan hasil Yeye memanfaatkan bahan produksi jersey atau kaus yang tersisa.

Harga yang dibanderol sebesar Rp8.000 per buah. Di samping menjual masker berdesain kata-kata, Yeye juga menyediakan masker polos berbahan katun dengan harga Rp4.500 per buah.

Baca Juga:Gaya Keren Raphael Maitimo di Luar Lapangan yang Bikin Agnez Mo Jatuh Cinta

Yeye, yang sudah kurang lebih 10 tahun menekuni bisnis sablon ini, dibantu kedua karyawannya dalam melakukan produksi. Ia berharap, keadaan pandemi COVID-19 segera berlalu agar bisa bekerja seperti biasa.

"Susah dengan keadaan seperti ini. Semoga normal kembali keadaannya biar bisa pada kerja seperti semula lagi," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak