Pengamat Sebut KBM Online Berisiko Kemunduran: Guru Tak Boleh Pangku Tangan

"Masih mending kalau guru sadar [perubahan metode] itu tantangan, tapi banyak guru merasa ini masa liburan mereka," kata Wuryadi.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Rabu, 22 April 2020 | 12:10 WIB
Pengamat Sebut KBM Online Berisiko Kemunduran: Guru Tak Boleh Pangku Tangan
Siswa SMA N 1 Pakem sedang KBM daring dari rumahnya dengan tetap mengenakan seragam sekolah, Kamis (19/3/2020). (dok.ist/kristya mintarja)

SuaraJogja.id - Pandemi corona mengharuskan hampir seluruh kegiatan dilaksanakan dari rumah, termasuk kegiatan belajar mengajar (KBM). Lembaga pendidikan pun dituntut untuk beradaptasi dengan KBM online, dengan segala tantangannya yang tentu lebih berat daripada metode tatap muka langsung.

Pengamat pendidikan sekaligus Penasihat Dewan Pendidikan DIY Prof Wuryadi mengatakan, saat mengajar langsung di sekolah saja, guru masih menghadapi tantangan untuk membuat budaya pembelajaran dua arah. Begitu beralih ke metode daring atau jarak jauh, kata Wuryadu, kebanyakan guru tidak siap.

"Guru mestinya harus tetap aktif dan bisa melakukan inovasi pendidikan melalui dialog," kata Wuryadi ketika dihubungi Harian Jogja -- jaringan SuaraJogja.id, Selasa (21/4/2020).

Ia juga menyebutkan bahwa masa pembelajaran jarak jauh ini justru digunakan para guru untuk sekadar memberikan materi lewat media daring tanpa membimbing siswanya untuk memahami materi tersebut. Padahal, guru harus siap berdialog dan membangun suasana belajar dua arah lantaran murid juga bisa menjadi sumber yang dapat mengajukan fakta dan persoalan.

Baca Juga:Arie Kriting Pacari Indah Permatasari Tanpa PDKT

"Masih mending kalau guru sadar [perubahan metode] itu tantangan, tapi banyak guru merasa ini masa liburan mereka. Mereka hanya kirim bahan, dimediakan, lalu berpangku tangan, tidak ikut campur dalam proses," ungkap Wuryadi.

Lebih lanjut, Wuryadi menambahkan adanya kendala yang juga dialami siswa lantaran belum terbiasa belajar sendiri.

"Murid masih terbiasa belajar dengan pengawasan langsung guru. Sebenarnya orang tua memegang peranan penting, tapi kita tahu banyak orang tua buta teknologi," jelas dia.

Ia menyayangkan kondisi siswa sekolah yang terlalu banyak menerima materi dan tugas, tetapi tidak dibimbing untuk memahaminya. Dirinya mengakui, situasi ini darurat dan sulit, tetapi kondisi ini harus cepat diatasi jawatan terkait dengan berkonsultasi pada ahli pendidikan di universitas.

"Kalau ini berlangsung lama, saya duga terjadi kemunduran pendidikan. Jangka waktu pendidikan di sekolah menjadi harus lebih panjang," pungkas Wuryadi.

Baca Juga:Kakek Kejam Buang Janin Cucu ke Kali Surabaya, Malu Anak Hamil Tanpa Suami

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak