Terjadi Transmisi Lokal COVID-19, Gunungkidul Belum Siap Berlakukan PSBB

Alasan pertama Gunungkidul belum siap memberlakukan PSBB berkaitan dengan faktor ekonomi.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Kamis, 23 April 2020 | 15:50 WIB
Terjadi Transmisi Lokal COVID-19, Gunungkidul Belum Siap Berlakukan PSBB
Wakil Bupati Gunungkidul sekaligus Ketua Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Gunungkidul Immawan Wahyudi - (SuaraJogja.id/Julianto)

SuaraJogja.id - Transmisi lokal Covid-19 di DIY mulai banyak terjadi, termasuk di Kabupaten Gunungkidul. Di Gunungkidul, dua pasien positif terbaru terpapar corona akibat berinteraksi langsung dengan pasien positif ketiga terakhir, yaitu seorang nenek berusia 74 tahun asal Kecamatan Wonosari.

Wacana untuk memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai bermunculan layaknya kota ataupun provinsi lain di wilayah Pulau Jawa. Gunungkidul, yang juga mengalami transmisi lokal Covid-19 tersebut, juga berpeluang memberlakukan PSBB.

Wakil Bupati Gunungkidul yang juga Ketua Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Gunungkidul Immawan Wahyudi angkat bicara soal wacana tersebut. Secara subjektif, Immawan berpendapat bahwawilayah Gunungkidul belum siap melaksanakan PSBB.

Alasan pertama Gunungkidul belum siap memberlakukan PSBB berkaitan dengan faktor ekonomi. Menurutnya, masih banyak masyarakat Gunungkidul yang harus keluar rumah untuk mencari nafkah menghidupi keluarga mereka. Wilayah Gunungkidul, yang masuk daerah termiskin di DIY, menuntut warga untuk tetap mencari penghasilan.

Baca Juga:Ayah Ibu Kena Corona di Asrama Haji Sukolilo, Anaknya Ikut Tertular

"Selain perantau, Gunungkidul juga dikenal banyak penglaju. Setiap hari ribuan orang pulang-pergi Gunungkidul-Kota Yogyakarta untuk mencari nafkah. Ya karena tuntutan perut," tutur Immawan ketika dikonfirmasi, Kamis (23/4/2020).

Alasan kedua adalah dari sudut pandang sosial masyarakat pedesaan, baik yang basisnya perdagangan, pertanian, maupun profesi lainnya. Rasa sosial warga Gunungkidul, kata dia, berperan cukup besar dalam hal-hal sepele hingga hal yang cukup berat sekalipun.

Semangat kegotongroyongan untuk memikul beban yang berat sudah terawat dengan baik sejak puluhan tahun yang lalu. Warga akan dengan sukarela membantu kerepotan warga yang lain karena jiwa sosial mereka yang masih sangat tinggi. Hal inilah yang cukup sulit ditemukan di kota-kota besar bahkan di kota lain di DIY.

"Persaudaraan kami sangat kuat. Bahkan di perantauan pun juga demikian," tambahnya.

Alasan ketiga yang paling mendasar adalah dari kecukupan anggaran untuk mem-back up jaring pengaman sosial. Gunungkidul hanya memiliki Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang kecil dibandingkan dengan daerah tingkat 2 lain di wilayah DIY.

Baca Juga:Koalisi Masyarakat Desak Jokowi dan Kapolri Bebaskan Aktivis Ravio Patra

Terlebih, tahun ini ini pihaknya memperkirakan akan kehilangan pendapatan asli daerah sebesar Rp24 miliar hingga triwulan ke-2. Meskipun telah melakukan redesain anggaran sebanyak tiga kali untuk keperluan penanganan wabah corona ini, tetapi menurutnya itu tak mampu untuk mem-back up jaring pengaman sosial.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak