"Pokoknya kami syukuran karena tidak ada yang positif," ungkap Tukiyarno.
Menurutnya, tidak hanya delapan orang itu yang aktivitasnya terbatas akibat peristiwa tersebut, melainkan 108 KK di 2 RT pun juga mengalami hal serupa. Mereka dijauhi masyarakat luas dan dianggap menjadi momok penyebaran Covid-19 begitu keluar dari lingkungan Kedungranti.
Ketika hasil swab keluar dan menyatakan warga Kedungranti negatif corona, maka dukuh, ketua RT, dan sejumlah tokoh setempat pun juga turut bersyukur. Mereka bahkan rela mencukur gundul rambut mereka sebagai pemenuhan nazar. Sedikitnya ada tujuh tokoh masyarakat yang pada Selasa pagi mencukur gundul rambutnya. Bertempat di depan balai dusun, mereka berjajar dengan jarak tertentu dan secara bebarengan rambut mereka dicukur habis.
Tak hanya itu, mereka juga membentangkan sejumlah kertas bertuliskan semangat bagi petugas medis yang tengah berjuang menangani pasien positif corona maupun reaktif rapid test. Cukur rambut massal ini sengaja tidak melibatkan delapan warga yang baru saja menjalani tes swab karena mereka harus menjalani karantina mandiri meski telah dinyatakan negatif.
Baca Juga:Pengakuan Bripka H, Polisi Ngamuk Ditegur Tak Pakai Masker di Bandung
"Cukur gundul ini dilakukan para tokoh masyarakat termasuk saya. Ya sebagai ucapan syukur saja, bahagia itu pasti to warga kita bebas dari virus yang tengah berkembang di mana-mana ini," ucap Tukiyarno.
Masyarakat juga secara sadar menerapkan protokol kesehatan sesuai dengan anjuran pemerintah, seperti memakai masker, cuci tangan, jaga jarak, bahkan keluar rumah hanya seperlunya saja. Wujud syukur yang diekspresikan dengan beragam kegiatan itu juga sebagai upaya pengembalian kepercayaan masyarakat luas bahwa warga Kedungranti dalam kondisi baik-baik saja.
"Jangan sampai warga kami mendapat perlakuan yang berbeda, seolah dijauhi dan lainnya. Kita dalam kondisi baik, hasil swab pun juga menyatakan negatif. Jadi ini bentuk untuk meyakinkan orang diluar jika kita sehat," tambahnya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan harapan besarnya, yakni masyarakat secara terbuka menerima orang yang dinyatakan reaktif rapid test maupun positif corona. Justru semangatlah yang penting diberikan, bukan dijauhi atau bahkan dikucilkan, kata Tukiyarno.
"Jauhi virusnya, jangan jauhi orangnya. Jangan takut dan panik, kalau yang reaktif atau positif ya harus sadar diri terbuka dan melakukan protokol kesehatan," kata dia.
Baca Juga:Sering Dianggap Sepele, Kapan Sakit Kepala Harus Ke Dokter?
Kontributor : Julianto