"Ya mungkin ada dua kali lipatnya. Saya tak hanya menjual sepeda. Jika ada kerusakan sepeda milik pelanggan saya perbaiki juga dengan biaya yang murah. Sehingga mengandalkan dua penghasilan ini," kata dia.
Seorang penjual sepeda lainnya, Haryadi (78) menyambut baik dengan kembali naiknya tren bersepeda. Dirinya bahkan mendukung agar transportasi sepeda ini tetap menjadi ikon di Kota Yogyakarta.
"Saya sudah lama tinggal di Yogyakarta. Saat saya masih kecil memang masyarakat mengandalkan sepeda. Meski sudah muncul sepeda motor saat saya dewasa, beberapa warga masih mengandalkan sepeda untuk beraktivitas. Bagi penjual seperti kami keadaan ini tetap memberi berkah di tengah pandemi virus ini," kata dia.
Salah seorang pesepeda asal Bantul, Warsono (34) yang melintas di 0 Kilometer, Yogyakarta mulai mengikuti trend sepeda sejak akhir April lalu. Pria yang memilih bersepeda untuk olahraga ini cukup gembira dengan ramainya ruas jalan kota dengan pesepeda lain.
Baca Juga:Mau Masuk Kuliah Lagi di Jogja, Mahasiswa Wajib Ikuti RDT
"Biasanya bersama komunitas dan teman-teman saat bersepeda. Sebenarnya fenomena ini pernah terjadi setahun lalu. Mungkin karena banyak warga yang WFH dan ruas jalan kota sepi, pesepeda memanfaatkan momen ini. Tapi sekarang jalanan sudah ramai lagi dengan aktivitas dan kendaraan warga," kata dia.
Terpisah, Kepala Dishub Kota Yogyakarta, Agus Arif tak menampik jika kegiatan bersepeda di Yogyakarta turut menimbulkan kerumunan beberapa waktu lalu. Kendati demikian pihaknya hanya bisa mengimbau warga untuk tidak berkerumun saat menjalani aktivitas itu.
"Kegiatan ini sangat positif, saya sendiri juga suka bersepeda. Namun kami menganjurkan sebaiknya mereka tak berkerumun. Jika ingin bersepeda, cukup dua orang saja. Protokol keamanan covid-19 juga harus dijaga selama beraktivitas," terang Agus.