Usaha Tas Nyaris Bangkrut, Sareh Beralih Produksi Face Shield Sejak Pandemi

Semenjak pandemi produksi tasnya mati total karena tak ada yang pesan.

Galih Priatmojo
Rabu, 17 Juni 2020 | 18:15 WIB
Usaha Tas Nyaris Bangkrut, Sareh Beralih Produksi Face Shield Sejak Pandemi
Beberapa karyawan S&R Production yang sedang merekatkan bagian mika dan busa di rumah produksi di Dusun Karang, Jatisarono, Nanggulan, Kulon Progo, Rabu (17/6/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana /SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Badai Covid-19 memberi dampak besar pada sejumlah UMKM di berbagai daerah. Beberapa bahkan harus banting stri demi bisa tetap bisa hidup. Ini seperti dilakukan sebuah industri rumahan pembuat tas di Kulon Progo yang beralih jadi produsen Face shield

Perusahaan bernama S&R Production tersebut mulanya fokus untuk melayani pesanan tas. Sang pemilik, Sareh Budiarto (45) mengungkapkan sebelum adanya pandemi penjualan tas masih normal melayani berbagai permintaan. 

Sareh mengatakan pihaknya mampu memproduksi 500-1000 unit tas dalam sehari. Dengan produksi seperti itu pihaknya akan mendapat omzet per bulannya rata-rata Rp5-10 juta.

Namun, pertengahan Maret lalu pesanan yang diterimanya mendadak ditunda karena acara yang bersangkutan pun dibatalkan akibat adanya pandemi Covid-19. Praktis, hingga April ke Mei tidak ada pesanan lagi. Berhentinya pesanan dari berbagai instansi menjadi yang paling mempengaruhi kestabilan usahanya.

Baca Juga:Edarkan Ribuan Pil Yarindo dan Sabu di Jogja, Dua Pengedar Diringkus

"Semenjak pandemi tidak ada orang pesan tas dan benar-benar berhenti. Akhirnya kita mencari celah supaya usaha tetap bisa jalan," ujar Sareh, kepada awak media di rumah produksi miliknya yang terletak di Dusun Karang, Jatisarono, Nanggulan, Rabu (17/6/2020).

Tak berapa lama, ia pun memutar otak agar dapurnya tetap bisa mengepul. Ia kemudian beralih untuk memproduksi baju hazmat dan face shield.

"Lalu muncul pesanan mulai dari baju hazmat dan face shield, alhamdulliah bisa menutup kekurangan di saat-saat seperti ini," ungkapnya.

Sebenarnya Sareh membuat baju hazmat dan face shield, namun saat ini hanya tinggal face shield saja yang masih berjalan. Ia akhirnya memutuskan untuk tidak lagi membuat baju hazmat karena memang saat ini pihaknya tidak menerima pesanan baju hazmat.

Sebelumnya pesanan baju hazmat itu datang dari perusahaan-perusahaan swasta yang nantinya akan dibagikan sebagai bantuan kepada tenaga medis dan relawan covid-19. Bahkan sebelum pesanan nihil pihaknya bisa menerima pesanan hingga 600-1000 buah baju hazmat per harinya.

Baca Juga:Kassian Cephas, Fotografer Pertama Indonesia yang Magang di Keraton Jogja

"Sebelumnya perhari bisa dapat pesanan 600-1000 buah tapi sekarang sama sekali tidak ada. Dari yang dulu awalnya seharga Rp80.000 akhirnya turun menjadi Rp40.000," ucapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini