Dijelaskan Sareh saat ini pihaknya fokus dalam pembuatan face shield. Namun karena keterbatasan alat industri yang ia punyai, pihaknya kini melakukan produksi face shield tersebut secara manual. Meski begitu produksi miliknya tetap bisa menembus pasar lokal dan hasilnya pun dapat digunakan untuk menopang ekonomi usahanya di saat pandemi.
Sejauh ini pihaknya bisa memproduksi 500-1000 buah face shield perhari tergantung jumlah pesanan. Nantinya akan ada pedagang yang mengambil dari Jogja untuk distribusikan ke wilayah-wilayah lain.
"Ada juga pesanan dari sekolah-sekolah sekitar sini. Belum banyak kok, mereka pesan untuk siswanya. Bahkan bidan pun juga minta untuk ukuran bayi. Jadi ada tiga ukuran, untuk dewasa, anak-anak dan bayi," jelasnya.
Dengan pesanan seperti itu pihaknya bisa menarik omzet perhari sekitar Rp7-10 juta. Sareh tidak sendiri dalam mengerjakan pesanan tersebut, ada setidaknya 8 orang pekerja yang ikut membantu dalam produksinya.
Baca Juga:Edarkan Ribuan Pil Yarindo dan Sabu di Jogja, Dua Pengedar Diringkus
Sareh menuturkan saat ini mulai kesulitan dalam memperoleh bahan baku terutama untuk mika ditambah harganya yang juga mulai merangkak naik. Hal tersebut disebabkan adanya beberapa daerah pemasok yang masih terhambat karena adanya PSBB. Selain itu perajin face shield pun sekarang sudah mulai menjamur di berbagai daerah.
Salah satu pembeli face shield yang sekaligus sebagai Jawatan Kemakmuran di Kapanewon Nanggulan, Kristina Esti Winarni mengatakan kualitas face shield produksi Sareh ini sudah sesuai dengan standar yang ada. Selain itu harganya juga terjangkau jika dibandingkan dengan harga di luar.
"Saya beli untuk para pegawai yang berhadapan langsung dengan banyak orang. Sebagai langkah antisipasif saja," ujar Esti.