Dinyatakan Positif Covid-19, Gadis Ini Juga Kehilangan Orang Tuanya

Selasa (9/6/2020), gadis ini mandi dan mencoba mencium bau sabun yang ia gunakan, tetapi gagal.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Mutiara Rizka Maulina
Kamis, 13 Agustus 2020 | 14:50 WIB
Dinyatakan Positif Covid-19, Gadis Ini Juga Kehilangan Orang Tuanya
Ilustrasi pemakaman korban meninggal karena virus corona. (Foto:Antara)

Ia hanya terdiam tanpa bisa menangis. Di dalam kepalanya ia hanya mencari cara bagaimana memberikan kabar buruk itu pada ibunya.

Sambil duduk di depan ibunya, yang tengah berbaring, ia kemudian menyampaikan kepergian belahan jiwa ibunya itu. Mendengar kabar tersebut, ibunya marah.

Setelah ditunjukkan kabar dari pesan teks, wanita itu terkejut dan menangis.

Mereka lantas pergi ke rumah sakit tempat sang ayah seharusnya dirawat. Laki-laki yang membesarkannya itu pun harus dimakamkan sesuai protokol pemakaman penyakit menular.

Baca Juga:Kabar Baik, Argentina dan Meksiko Siap Produksi Vaksin Covid-19 AstraZeneca

Meski sempat tidak rela, ia akhirnya mengizinkan ayahnya untuk dimakamkan dengan prosedur beda dari umumnya.

Selanjutnya, ia dan sang ibu diminta oleh salah satu saudara melakukan swab test, bareng dengan salah satu saudara lainnya yang juga kehilangan indra penciumannya.

Usai pemakaman ayah, ada beberapa tamu yang sempat datang ke rumah. Malamnya, sang ibu diantar ke rumah sakit karena kondisinya memburuk. Hasil thorax menunjukkan ibunya mengalami pneumonia akut.

Dari hasil swab menunjukkan ibunya negatif. Namun, ia dan saudaranya positif terinfeksi Covid-19. Tergolong sebagai OTG, ia dianjurkan untuk melakukan isolasi secara mandiri. Jika di rumah sakit, khawatir akan membuat dirinya stres.

"Setiap hari ibu selalu marah dan mengeluh, cukup menyiksa mentalku. Belum lagi di rumah aku disuruh orang sekitar untuk tetap kuat, tidak boleh menangis dan mengeluh. Hari-hari penuh tekanan harus di jalani," imbuhnya dalam utas.

Baca Juga:Resepsi Drive Thru di Bekasi, Cara Efektif di Tengah Pandemi

Selanjutnya, pada 22 Juni 2020, ia menerima kabar bahwa ibunya harus dipasangi ventilator karena saturasinya terus menurun.

Dua hari setelahnya, selesai melakukan swab, ia sempat berkunjung ke tempat ibunya dirawat untuk menitipkan murotal Al-Qur'an. Namun, suster mengatakan bahwa dokter ingin berdiskusi mengenai kondisi ibunya.

Dokter menyampaikan, pihaknya sudah mencoba memberikan dosis obat tertinggi untuk meningkatkan tekanan darah sang ibu, tapi tak kunjung stabil. Disampaikan juga adanya kemungkinan jantung sang ibu bisa berhenti.

Setelah mendapatkan penjelasan mengenai beberapa langkah yang bisa ditempuh pihak rumah sakit, sadis ini hanya meminta dokter melakukan semua yang terbaik.

Secara fisik, ia merasa dibuat hancur oleh virus corona. Sementara, jiwanya juga terkejut dengan berbagai peristiwa ytang terjadi secara mendadak dalam hidupnya.

Malam harinya, ia kembali menerima kabar buruk; ibunya meninggal dunia. Dalam usia yang masih tergolong muda, ia harus kehilangan kedua orang tuanya dalam waktu yang berdekatan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak