SuaraJogja.id - Guru SMP Muhammadiyah Al Mujahidin Gunungkidul, Aryati Yunita Sari (30) meraih prestasi yang membanggakan. Wanita cantik ini terpilih mengikuti pameran dalam jaringan Solidaritas Perupa Indonesia Melawan Corona yang digelar oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.
Pameran ini memang terbuka untuk seluruh perupa di Indonesia. Tujuannya yakni memberikan wadah kepada perupa Indonesia agar dapat berkreasi di tengah pandemi. Kemendikbud sendiri menggunakan tema Menjaga Api Kehidupan dan Optimisme dalam Menghadapi Pandemi Covid-19.
Di tengah kesibukannya menjadi ibu dari anak semata wayangnya, mengajar di SMP dan syuting film-film pendek untuk TV SMP tempatnya mengajar, ia bercerita awal mula terpilih menjadi perupa yang tampil dalam platform milik Kemendikbud tersebut.
Wanita yang akrab disapa Nita tersebut mengaku mendapatkan informasi dari platform media sosial instagram adanya pameran daring yang akan digelar Kemendikbud. Mengetahui adanya informasi ini, wanita yang mengaku sejak TK memiliki hobi menggambar lantas bergegas untuk mendaftarkan karyanya.
Baca Juga:46 Kasus Baru di DIY, 19 Karyawan Kesehatan Gunungkidul Positif COVID-19
"Daripada saya hanya membuat portofolio melulu, terus kepikiran kenapa ndak ikut saja ajang itu. Pokoknya modal saya hanya bismillah,"ujarnya ketika ditemui tengah syuting di Putat, Patuk Gunungkidul, Minggu (16/8/2020).
Penyuka warna hitam ini mengaku mengirimkan karyanya dalam bentuk kolase dengan wujud gambar burung. Kali ini, ia mengusung tema urban dimana ia anggap sebagai realita kehidupan sehari-hari dengan penggambaran wujud burung.
Kolase yang ia kirimkan tersebut mewakili tema besar yang ditentukan oleh Kemendikbud sebagai penyelenggara. Sebab, kolase yang ia tampilkan mampu membentuk narasi sesuai kondisi terkini di mana bangsa Indonesia tengah berjuang dari cengkeraman Pandemi Covid-19.
"Filosofi, burung adalah manifestasi kesucian. Lambang yang murni dan sakral sepertinya sesuai dengan tema Kemendikbud,"paparnya.
Ia mengaku memiliki kekhasan sendiri dalam setiap karyanya. Gambaran yang ia hasilkan pun memiliki karakter dengan objek gambar yang menonjolkan figur manusia berkepala burung. Kekhasan inilah yang kemudian membawa namanya turut masuk daftar perupa yang turut mengikuti pameran.
Baca Juga:Tangani Pandemi Bersama, Seluruh Elemen Gotong Royong Pulihkan Bangsa
Nita mengaku membuat karya tersebut sekitar dua minggu. Karya-karya kolase tersebut ia buat di sela kesibukannya mengurus anak dan mengajar.
"Selesai lantas saya kirim ke email yang ditentukan," ujarnya.
Kaget bukan main, saat pengumuman 26 Juni lalu, karyanya terpilih di antara 75 karya terbaik se-Indonesia dari total 817 karya yang dikirimkan. Ia mengaku cukup bangga lantaran kompetisi untuk mengikuti pameran daring perdana kemendikbud ini cukup ketat.
Bercerita soal bakat seninya, Nita mengungkapkan kepiawaiannya itu merupakan turunan dari sang kakek yang merupakan seniman gamelan. Apalagi, sejak TK ia memang gemar menggambar dan melukis, bahkan sering memenangkan lomba.
Ia mengaku selain memenangi banyak lomba, sejak kuliah ia juga kerap mengikuti sejumlah pameran.
"Ketika kuliah sangat sering ikut pameran. Karya-karya yang saya buat lebih banyak merupakan manivestasi dari suasana hati," ujar lulusan Pendidikan Seni Rupa di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tersebut.
Sejak menikah dan memiliki anak, Nita mengaku fase berkeseniannya mengalami perubahan. Untuk menuangkan ide dan perasaannya, Nita memilih membuat karya dengan pensil dan ballpoint.
Warga Padukuhan Kepek I, Kalurahan Kepek Kapanewon Wonosari ini kedepannya berharap tetap eksis dan hidup dengan seni. Menurutnya seni merupakan salah satu media refleksi diri. Menjaga kesehatan mental dan kewarasan diri lewat berkarya seni.
"Karena pandemi sangat 'mengganggu' psikis bagi orang-orang yang tidak kuat terhadap rumor yang tidak bertanggung jawab," tutup Ibu satu putri ini.
Kontributor : Julianto