SuaraJogja.id - Kepala Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono menyoroti banyaknya insiden kecelakaan laut yang terjadi belakangan ini.
Menurutnya masih ada sederet persoalan mendasar yang harus diperbaiki dalam pengelolaan transportasi laut di Indonesia.
"Kemarin sudah saya sampaikan ke Komisi V dan ada beberapa masalah-masalah yang berkaitan dengan keselamatan di laut," kata Soerjanto, saat ditemui awak media di Sleman, Kamis (24/7/2025).
Persoalan utama yakni terkait dengan pengawasan kapal yang hendam berangkat melaut.
Termasuk akurasi dari sistem informasi cuaca hingga kondisi kapal sendiri.
Soerjanto menekankan pentingnya memastikan kapal yang akan digunakan benar-benar laik jalan.
Terutama terkait batas garis muatan atau plimsoll marking.
Garis tersebut, kata Soerjanto, tidak boleh tenggelam karena menjadi indikator penting dalam keselamatan pelayaran.
Belum lagi berbicara masalah lain yang cukup sering diabaikan yakni pelasingan kendaraan di atas kapal.
"Kalau dilasing sesuai dengan peraturan supaya mobilnya tidak geser, karena kalau bergeser stabilitinya [stabilitas] akan bermasalah," ungkapnya.
Jika kapal kehilangan stabilitas maka sangat berpotensi menyebabkan terbalik hingga tenggelam.
Namun pelasingan, diakui Soerjanto memang membutuhkan waktu tambahan.
Dalam kondisi normal, proses bongkar muat berlangsung 30–40 menit.
Tapi bila pelasingan dan perhitungan stabilitas dilakukan secara benar, waktu yang dibutuhkan diperkirakan dapat mencapai lebih dari satu setengah jam. Dampaknya jelas pada panjangnya antrean di pelabuhan seperti yang sering terjadi di jalur Merak-Bakauheni.
"Dalam perhitungan kapasitas pelabuhan saat ini, itu tidak diperhitungkan waktu untuk pelasingan dan waktu untuk perhitungan stabilitas," tuturnya.