Kasus Bunuh Diri di Gunungkidul Masih Tinggi, Penyebab Utama Depresi

perilaku bunuh diri masih jadi kasus kematian tertinggi di wilayah Gunungkidul.

Galih Priatmojo
Kamis, 10 September 2020 | 19:55 WIB
Kasus Bunuh Diri di Gunungkidul Masih Tinggi, Penyebab Utama Depresi
Ilustrasi bunuh diri. (Shutterstock)

SuaraJogja.id - Catatan miris menyertai peringatan Hari Pencegahan Bunuh Diri Se-Dunia yang tepat jatuh di hari ini 10 September.

Berdasarkan catatan Yayasan Pemerhati Kesehatan Jiwa yang berbasis di Gunungkidul, Imaji (Inti Mata Jiwa), di wilayah Kabupaten Gunungkidul, tercatat ada 30-an kejadian bunuh diri setiap tahun.

Pada tahun 2019 tercatat 33 kejadian, dan pada tahun 2020 sampai hari ini (10/9/2020) tercatat ada 22 kejadian bunuh diri (19 kejadian gantung diri dan 3 minum cairan beracun). Hari ini sendiri juga ada dua kasus gantung diri di Gunungkidul.

"Setiap nyawa yang hilang akibat bunuh diri berimbas pada pasangan hidup, anak, orang tua, teman, atau kolega seseorang. Setiap 1 kasus bunuh diri, ada sekitar 135 orang yang terdampak dan menderita kesedihan yang mendalam,"ujar Ketua Imaji, Jaka Yanu Idiasta saat diskusi dengan awak media di Wonosari Kamis (10/9/2020).

Baca Juga:Kontak dengan Warga Positif Corona, Empat Pamong di Gunungkidul Dikarantina

Menurutnya, bunuh diri merupakan perkara rumit. perilaku itu merupakan irisan dari faktor risiko genetik, psikologis, sosial dan budaya serta faktor risiko lainnya. Terkadang berkaitan dengan pengalaman traumatik dan kehilangan yang pernah terjadi.

Kasus-kasus bunuh diri menunjukan peristiwa dengan berbagai macam motif, berawal dari sebab-akibat yang unik (tidak bisa digeneralisir), bersifat kompleks, dan beragam situasi. 

Heterogenitas ini menjadi tantangan bagi semua pihak untuk berperan dalam pencegahan bunuh diri. Tantangan ini dapat diatasi dengan mengadopsi pendekatan menyatukan pemahaman dan langkah di berbagai jenjang guna pencegahan bunuh diri.

"Banyak faktor yang menyebabkan bunuh diri," katanya.

Berdasarkan data yang telah dikaji oleh Imaji, penyebab bunuh diri yang terjadi di Gunungkidul didominasi akibat depresi.

Baca Juga:Sakit hingga Susah Jalan, Lansia di Gunungkidul Gantung Diri

Dalam catatan mereka, depresi menduduki rangking pertama mencapai 43 % sebagai penyebab bunuh diri. Sementara faktor lain di antaranya seperti sakit fisik menahun 26 %, tidak ada keterangan 16%, gangguan jiwa berat 6%, masalah ekonomi 5 % dan masalah keluarga 4%.

Kalau pelaku bunuh diri di Gunungkidul menurut Gender masih didominasi laki-laki sebanyak 57%, dan perempuan 43%.  Untuk usianya paling banyak adalah di atas 60 tahun ada 39%, di usia 46-60 tahun ada 20 %, usia 18-45 tahun ada 34% dan di bawah 18 tahun ada 7 %.

Psikiater di RSUD Wonosari dan RS PKU Muhammadiyah Wonosari, dr. Ida Rochmawati menambahkan, sebenarnya Gunungkidul sudah selangkah lebih maju dibanding dengan daerah lain karena telah memiliki Peraturan Bupati (Perbup) Pencegahan Bunuh Diri. Bahkan satu-satunya daerah yang memiliki Perbup pencegahan bunuh diri.

"Hanya saja aplikasi di lapangan masih harus dievaluasi," tambahnya.

Kontributor : Julianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini