Cerita Penyintas Covid-19, Terpaksa Isolasi Mandiri karena Kamar RS Penuh

Biaya total perawatan yang ia dapatkan semuanya Rp 6,8 juta dan tidak bisa digantikan asuransi karena dirinya tidak dirawat inap dengan alasan kamar penuh.

Galih Priatmojo | Mutiara Rizka Maulina
Rabu, 16 September 2020 | 15:03 WIB
Cerita Penyintas Covid-19, Terpaksa Isolasi Mandiri karena Kamar RS Penuh
Ilustrasi Pasien Covid-19. (Pexels)

SuaraJogja.id - Akun Twitter @selphieusagi membagikan kisahnya sebagai penyintas positif Covid-19 yang harus rasakan kelimpungan saat terpapar virus tersebut lantaran ruang rawat di RS rujukan penuh. Ia pun terpaksa menjalani isolasi mandiri di rumah.

Selphi membagikan ceritanya melalui utas di Twitter. Ia menyampaikan kisahnya yang dinyatakan positif Covid-19. Sengaja dirinya tidak langsung membagikan keadaannya tersebut ke media sosial. Selphie mengaku ingin melihat proses dirinya sebelum memberikan banyak informasi.

"Ini berdasarkan pengalaman pribadi, setiap orang bisa punya pengalaman berbeda. Makanya gue agak vokal tentang Covid-19 ya karena ngalamin sendiri pernah positif gaes. Gue kasih infonya detail aja ya jadi agak panjang, mari menyimak," tulis akun @selphieusagi Rabu (16/9/2020).

Hari pertama ia mengalami sakit tenggorokan dan batuk namun tidak terlalu parah. Dalam sehari, Selphie sendiri biasa meminum teh kemasan antara 1 hingga 3 kotak. Sehingga ia merasa sudah biasa sakit tenggorokan. Batuk yang didera juga tidak terlalu parah, hanya sesekali berdehem.

Baca Juga:Sempat Terpuruk, Perajin Gerabah Kasongan Mulai Kebanjiran Order

Karena merasa tidak terlalu parah, Selphie berfikir untuk mendiamkan batuk itu hingga sembuh sendiri. Ia juga sempat mengalami hidung tersumbat saat malam hari. Baru saja mengubah posisi AC di kamar tidurnya, Selphie berfikir bahwa itu yang jadi penyebabnya.

Sejujurnya, ia juga masih belum mengetahui apakah sakit tenggorokan dan hidung tersumbat yang ia alami karena Covid-19 atau karena minum teh kemasan dan perpindahan AC. Hari kedua dan ketiga, kondisi tenggorokan dan hidungnya sudah membaik.

"Tapi pas hari ketiga malam hari, gue gak bisa mencium body lotion yang biasanya gue pakai sebelum tidur setiap malam. Padahal siangnya gue masih bisa nyium kopi di kantor," tulis Selphie.

Ia mencoba mencium parfum, masker rambut dan lainnya juga tidak bisa. Akhirnya ia memutuskan pergi ke RS Siloam Semanggi pada jam 22:00. Sayangnya, ia tidak bisa langsung melakukan swab test karena terlalu malam. Akhirnya ia memilih melakukan rapid test.

Dengan biaya Rp350.000 ia mengikuti Rapid Test yang hasilnya bisa keluar dalam kurun waktu 15 hingga 20 menit. Hasil dari RDT tersebut dinyatakan non reaktif. Karena tidak yakin dengan hasil tersebut, Selphie memutuskan untuk melakukan swab test keesokan paginya.

Baca Juga:Sempat Ditolak, IPAL Bondalem Bakal Dibangun di Lahan Seluas 2 Hektare

Pagi harinya, ia sudah mulai bisa mencium aroma, meskipun masih samar. Sempat berfikir hanya karena efek hidung tersumbat, namun karena terlanjur mengambil ijin libur ia akhirnya tetap melakukan swab test. Ia menjalani swab test di RS Pelni pukul 10:00 dengan biaya Rp1,6 juta untuk hasil yang bisa didapat sehari setelah tes.

Sehari setelahnya pukul 06:00 hasil swab miliknya sudah dikirim melalui surat elektronik. Selphie dinyatakan positif Covid-19. Dalam surat tersebut disertakan hotline Klinik Heritage untuk penanganan selanjutnya. Selphie menyampaikan bahwa nomor tersebut cukup responsif.

Sayangnya, saat itu ia hanya bisa melakukan konsultasi secara online yang dijadwalkan hari berikutnya dengan biaya Rp150.000 untuk konsultasi selama 20 menit melalui Video Call. Namun, Selphie sendiri ingin memastikan kondisi dalam tubuhnya cukup baik untuk isolasi mandiri.

"Ternyata pasien positif Covid-19 tidak bisa langsung datang ke RS, harus melalui konsul online tersebut. Gue telpon beberapa RS lain, udahlah susah nyambungnya, dilempar-lempar pula," tulisnya.

Ia sudah mencoba menghubungi beberapa rumah sakit untuk melakukan CT Scan dan tes darah namun tidak menemukan hasil yang memuaskan. Saat itu ia berfikir, meskipun mampu membayar biaya perawatan dan lainnya tapi jika rumah sakit tidak bisa menerima, lantas apa yang bisa diperbuat lagi.

Akhirnya, ia berhasil menghubungi salah seorang rekan dokternya dan diminta datang ke RSPI Bintaro. Di IGD ia sudah menginformasikan kepada susternya bahwa dirinya positif. Setelah itu dia antre menunggu ruangan selesai di sterilisasi sambil diukur oxy saturation dan heart rate dengan hasil yang bagus.

Dalam IGD Selphie menyebutkan dirinya berada di ruangan pribadi. Bukan yang berbaur dengan pasien lainnya dan hanya berbatas tirai. Ia diinfus vitamin, menjalani tes darah, CT Scan thorax dan hasilnya keluar dalam dua jam yang menyatakan dirinya berada dalam kondisi baik.

Setelah itu, Selphie mendapatkan obat berupa Multivitamin Surbex Z, Suplemen Cavit D3, Obat Kumur Betadine, Antibiotik, pengencer dahak, dan obat lambung. Biaya total perawatan yang ia dapatkan semuanya Rp6,8 juta dan tidak bisa digantikan asuransi karena dirinya tidak dirawat inap dengan alasan kamar penuh.

"Surbex Z dan Cavit D3 ini boleh diminum walau gak positif ya karena hanya suplemen & multivitamin. Obat kumur juga. Jadi silahkan dibeli untuk vitamin harian," terangnya.

Sampai di rumah, ia langsung memberikan informasi kepada orang-orang yang ia temui di akhir pekan sebelumnya agar mereka juga melakukan swab. Beruntung, orang-orang tersebut dinyatakan negatif. Begitu juga dengan orang-orang di rumahnya. Kantor tempatnya bekerja juga langsung melakukan rapid test kepada seluruh karyawan.

Karena hanya mengalami gejala ringan, dirinya boleh melakukan isolasi mandiri di rumah saja. Selphie mengaku tidak tahu dirinya tertular dimana, karena setiap hari dirinya pergi ke kantor, supermarket, naik ojek online dan sebagainya.

Meskipun jarang nongkrong, namun ia merasa dirinya bisa jadi memiliki kontak dengan OTG atau memegang barang-barang yang ada virusnya seperti handle pintu mobil, minimarket dan sebagainya. Secara mental sendiri, Selphie merasa baik saja karena memprediksi hal ini bisa menimpanya.

"Karena kalau dipikir dalam sehari kasus baru di Jakarta aja seribuan. Kasus baru lho bukan akumulatif. Jadi lingkaran yang positif makin lama makin dekat dari orang yang gak dikenal, lalu kenalan temen, lalu dari lingkaran sendiri, dst. Gue pun tiap hari ke luar rumah, jadi gue kayak gak heran juga sih kalau kena," imbuhnya.

Hari berikutnya, Selphie melakukan konsultasi daring dengan RS Pelni melalui WhatsApp. Sudah mengantongi obat dari RSPI, sehingga ia hanya mendapatkan tambahan obat antivirus umum yang dikirim lewat kurir senilai Rp 200.000. Seluruh obat itu untuk jangka waktu satu minggu.

Selain obat dari dokter, Selphie juga berjemur setiap pagi. Lalu sudah 10 harian juga ia selalu minum lemon madu. Kebiasaan yang ia tekuni selama menjadi pasien ini diusahakan untuk diteruskan untuk mencegah jika suatu hari ia bisa terpapar kembali. Karena sulit dihindari, sehingga ia ingin meningkatkan imun saja.

Sejak sebelum melakukan swab hingga selesai menjalani masa isolasi mandiri, Selphie tidak merasakan gejala demam, sesak, pusing, diare, dan lemas. Ia bahkan masih kuat untuk melakukan zumba. Setiap hari ia melakukan cek kondisi hati dan oksigennya juga dalam kondisi baik.

"Gue cukup beruntung karena gejala ringan. Ada yang gejala berat bahkan lewat. Tapi gue sudah menyaksikan RS penuh, biaya juga gak sedikit. Jadi mending gak usah ke luar rumah kalau gak penting-penting amat, pakai masker medis 3 lapis, jaga kesehatan, kebersihan," pesan Selphie.

Sebagai penyintas Covid-19, ia mengaku ke depannya akan lebih berhati-hati lagi dalam beraktivitas, terutama menerapkan gaya hidup sesuai protokol kesehatan. Ia juga berpesan untuk selalu mengkonsumsi air putih untuk mencegah darah mengental dan kadar oksigen terjaga.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak