“Bahkan saya ngerasain dua hari setelahnya tak bisa makan,” tambahnya.
Sejak awal tim evakuasi itu melihat lubang sumur, sejumlah prajurit mencurigai adanya bom jebakan yang diselipkan di para jenazah tersebut. Mereka pun memastikan terlebih dahulu, bahwa lubang sumur tua itu aman.
Sementara itu, ketika ditanya bagaimana kondisi para jenazah di dalam sumur, mereka menjelaskan bahwa jika dilihat dari atas hanya terlihat kakinya saja. Oleh sebabnya, ketika dievakuasi ke atas, para perwira TNI AD tersebut diikat kakinya, sehingga berada dalam posisi terbalik.

Julius mengisahkan kembali peristiwa pengangkatan jenazah Jendral Ahmad Yani dan Jendral Sutoyo. Kala itu, keduanya yang sempat terjatuh kembali tersumur lantaran tali yang digunakan tak kuat menahan beban berat dan terputus.
Baca Juga:Fakta Pasien Covid-19 di Bantul yang Meninggal Tanpa Ada Komorbid
“Yang ngenes sekali itu, (mayat) pak Jenderal Ahmad Yani dan Jenderal Sutoyo ketika ditarik ke atas sudah di mulut sumur, talinya putus,” ujar Julius.
Bahkan Julius menyaksikan sendiri bagaimana kondisi mayat dari Jendral Ahmad Yani.
“Yang juga berkesan buat saya, yang berkesan artian sedih waktu itu. Saya melihat pak Yani ketika waktu di taruh di tanah lehernya langsung pluk gitu. Saya langsung jongkok itu lihat, lehernya disayat itu, cuma enggak sampai putus,” jelas Julius.
Menurut Sugimin, kondisi jenazah Ahmad Yani menjadi salah satu yang paling mengerikan.
“Waktu itu kan juga ditembak di rumahnya, mungkin tidak hanya sekali, tapi diberondong (peluru) berkali-kali. Pada waktu diangkat itu sudah mengeluarkan kotoran dari perut. Jenazah yang lainnya tak ada yang sampai seperti itu,” lanjut Sugimin.
Baca Juga:Satu Lagi Pasien Covid-19 di Bantul Meninggal Tanpa Komorbid