Peneliti ITB: Tsunami Setinggi 20 Meter Skenario Terburuk Gempa Megathrust

"Dari segi keilmuan, sampai hari ini belum ada metode atau teori yang bisa memprediksi apakah suatu gempa akan terjadi, yakni kapan, di mana, dan berapa kedalamannya."

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Mutiara Rizka Maulina
Kamis, 01 Oktober 2020 | 20:23 WIB
Peneliti ITB: Tsunami Setinggi 20 Meter Skenario Terburuk Gempa Megathrust
Riset tsunami 20 meter dari jurnal Ilmiah Nature (nature.com)

Selanjutnya, skenario ketiga atau skenario paling buruk, gempa terjadi secara bersamaan di barat dan timur, maka prediksi tinggi tsunami maksimum 20 meter di sebelah barat, 12 meter di sebelah timur dan di antara wilayah tersebut tinggi rata-ratanya mencapai 4,5-5 meter.

“Hal ini yang sebenarnya menjadi pemberitaan belakangan ini, jadi sebenarnya riset yang dilakukan sangat multidisiplin. Namun, ujungnya adalah suatu skenario jika Megathrust itu terjadi. Tim kami banyak melakukan skenario lain, puluhan mungkin seratus skenario, tapi sekali lagi, tentu untuk keperluan mitigasi ditampilkan worst case scenario seperti ini,” terang Sri Widiyantoro.

Selanjutnya, Ahli Geoteknologi LIPI sekaligus kepala Pusat Studi Gempa Bumi Nasional, Danny Hilman, menyampaikan bahwa potensi tsunami akibat gempa Megathrust sudah pernah disampaikan pada konferensi tahun 2013 di San Fransisco, Amerika Serikat.

Ia menyampaikan bahwa telah diketahui adanya celah seismik di mentawai dan di Jawa yang menunjukkan ada potensi Megathrust di selatan Jawa seperti di Mentawai dengan tsunami yang berpotensi besar.

Baca Juga:Update Nasib Wasmad Edi, Wakil Ketua DPRD Tegal Tersangka Kasus Dangdutan

“Jadi sejak 7 tahun yang lalu sudah pernah disampaikan, sehingga penelitian ini adalah update dari hasil yang lama dengan riset yang kini lebih mendalam. Sekarang sudah ada konfirmasi selain ada di Mentawai, ternyata di selatan Jawa memang ada celah seismik,” tukasnya.

Kemudian, anggota Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari, mengungkapkan bahwa gejala alam yang mendahului tsunami terkait dengan karakterisitik gempa yang bersifat unik.

Tidak ada kesamaan antara satu dengan lainnya, sehingga pihaknya tidak bisa memberikan karakterisitik secara pasti gempa seperti apa yang pasti akan diikuti tsunami.

“Pengalaman kita yang bagus itu ada di Mentawai pada tahun 2007, ada gempa besar 8.6 (magnitudonya) guncanganya sangat kuat tetapi tsunaminya sangat kecil, tapi tahun berikutnya 2010 gempanya lemah, tapi tiba-tiba 8 menit kemudian tsunami 12-15 meter menghantam,” ujar Muhari.

Selanjutnya, Muhari menambahkan, untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, bahwa gempa yang diikuti tsunami biasanya pelepasan energinya agak lama.

Baca Juga:Beredar Video Diduga Pantai di Jepara Surut Hari Ini, Benarkah?

Jika masyarakat merasakan guncangan gempa, baik lemah atau keras namun guncangan terasa terus menerus lebih dari 20 detik, Muhari mengatakan, itu adalah saat yang tepat untuk memulai evakuasi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini