
Setelah diterpa pandemi sendiri, Dyah sengaja mengizinkan guru tari yang biasa membantunya untuk berjualan di sanggar. Ia juga menjelaskan kondisi keuangan dirinya dan para guru tari kepada orang tua siswa, agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Bagi Dyah, membiarkan anak-anak untuk hanya diam di rumah saja selama pandemi bukanlah solusi yang sepenuhnya baik. Sebab, anak-anak dibiarkan hanya berkecimpung dalam kegiatan seputar belajar, bermain gawai, menonton televisi, dan jarang melakukan gerakan mengolah tubuh.
Dengan kembali aktif di sanggar tari dan berlatih gerakan-gerakan baru, Dyah percaya, anak akan lebih aktif dan imun tubuh meningkat. Selain membuat tubuh berkeringat, menari, kata dia, meningkatkan kesehatan tubuh, dan yang paling penting juga menari membuat anak-anak menjadi ceria.
“Corona sampai saat ini belum ada obatnya, jadi dengan menjaga tubuh kita tetap sehat adalah obatnya,” imbuh Dyah.
Baca Juga:Pendeta Wanita Alih Profesi Jadi Penari Telanjang, Mengaku Bahagia
Kebiasaan di sanggar berubah karena pandemi
Selain itu, perempuan berusia 34 tahun ini juga menyampaikan banyaknya permintaan dari orang tua siswa untuk kembali membuka sanggar setelah vakum selama 4 bulan. Di samping kegiatan sekolah online yang terus berlangsung, baik siswa maupun orang tua juga sudah mulai jenuh untuk terus berkegiatan dari rumah saja.
Untuk menjaga kondisi setiap siswanya, Dyah membatasi jumlah anak-anak dalam setiap pertemuan menjadi hanya 7 hingga 11 orang saja. Sebelum membuka sanggar, Dyah juga sudah terlebih dahulu mengajukan izin kepada RT setempat untuk mengadakan kegiatan yang melibatkan anak-anak.
Selain jumlah siswa yang dibatasi, dalam setiap sesi latihan, setiap anak juga diminta untuk tetap mengenakan masker. Sebelum memasuki area latihan, mereka dipastikan mencuci tangan terlebih dahulu dan diukur suhu tubuhnya.
Dyah juga tidak bisa menyentuh muridnya seperti sebelumnya. Mengandalkan penyampaian secara lisan, Dyah tidak bisa membetulkan gerakan muridnya secara langsung.
Baca Juga:Lama Menghilang, Mantan Pendeta ini Muncul Jadi Penari Erotis

Melalui karya-karyanya, Dyah ingin menjalin komunikasi dengan masyarakat, bahwa kesenian khusunya seni tari eksistensinya dapat dijaga. Jika bukan para penerus bangsa yang menjaga, ujar Dyah, maka siapa lagi?
“Indonesia ini dikenal karena kekayaan budayanya, bukan karena hal yang lain. Indonesia kaya karena batiknya, diakui oleh UNESCO juga karena kebudayaannya. Nah, saya membuat karya-karya ini untuk mengumpulkan penerus-penerus bangsa yang nantinya bisa mewarisi karya-karya tari dan seni,” terang Dyah.
Ia berharap nantinya kesenian yang sudah ada saat ini bisa terus tumbuh dan terjaga di tengah budaya global yang modern. Tradisi akan tetap dijunjung oleh generasi muda tanpa rasa malu dan risi, melainkan dengan rasa bangga.
Dikenal dengan nama "Inem"
Selain sebagai pencipta tarian yang sudah banyak diundang di berbagai acara televisi, sosok Dyah lebih dikenal masyarakat Jogja dengan nama Inem, yakni seorang perempuan dengan dandanan badut dan riasan yang menyeramkan bagi sebagian orang.
Menggunakan pakaian ala perempuan desa zaman dulu, sosok Inem sering berkeliaran di jalanan Jogja sekadar untuk membagikan bingkisan kepada yang membutuhkan maupun membersihkan sampah yang berserakan.