Menurut menteri dari PDIP ini, cara berpikir seperti ini menunjukkan mundur. Yasonna sampai setengah emosi dengan sikap tersebut.
"Kalian ke DPR nggak percaya, ke pemerintah ke MK nggak percaya. Hanya percaya diri sendiri. Come on. Ini monopoli kepercayaan diri sendiri," kata Yasonna dengan nada tinggi.
Yasonna yang masih kesal pun mengaku pasrah. Sekencang seterang apapun pemerintah menjelaskan manfaat dari Omnibus Law, dia yakin para aktivis yang menyerukan pembangkangan sipil ini tak mau menerimanya. Sebab mereka, tuding Yasonna, sudah memonopoli diri sendiri.
"Sudah di belakangnya apriori. sudah suudzon, memonopoli diri sendiri," kata Yasonna.
Baca Juga:7 Soto Enak di Jogja untuk Sarapan
Yasonna menilai gagasan atau ajakan pembangkangan sipil ini bentuk provokasi. Belum lagi, bakal ada masalah di lapangan dan masyarakat.
Jika pembangkangan sipil ini diserukan, apakah nanti para penyeru ide ini bisa menjamin gerakan pembangkangan sipil tidak berubah menjadi anarki. Belum lagi, gerakan ini, kata Yasonna, berpotensi ditunggangi oleh penumpang politik.
Sementara semangat pembangkangan sipil adalah gerakan menolak undang-undang atau aturan dengan prinsip non kekerasan.
Yasonna merasa gerakan pembangkangan sipil ini merupakan tujuan menghalalkan segala cara supaya bisa pada tujuan membatalkan Omnibus Law.
"Ini tujuan menghalalkan segala cara. Saya tetap berprinsip ini adalah provokasi untuk disorder. Nggak semua masyarakat paham soal ini. Itu lihat saja demo-demo anak-anak kecil diikutkan. Saya tak jamin teman-teman bisa sampaikan pembangkangan sipil yang biasa," ujarnya.
Baca Juga:Ashanty Makan Nasi Goreng Harga Rp1,5 Juta, Warganet: Kayak UMR Jogja
Selain itu, Yasonna mengkhawatirkan gerakan atau seruan pembangkangan sipil ini ditunggangi oleh pemain politik dengan tujuan mereka.