Bunuh Pacar Beda Agama 7 Tahun Silam, EBP Sakit Hati Dengar Kalimat Ini

Kukuh mengungkapkan, tersangka awalnya masih mau memperjuangkan hubungan yang ditentang orang tua karena beda keyakinan atau agama itu.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Jum'at, 04 Desember 2020 | 17:27 WIB
Bunuh Pacar Beda Agama 7 Tahun Silam, EBP Sakit Hati Dengar Kalimat Ini
EBP melakukan reka ulang adegan pembunuhan terhadap kekasihnya, Sri Utami, di kebun salak di Candibinangun, Pakem, Sleman, Jumat (4/12/2020). - (SuaraJogja.id/Uli Febriarni)

SuaraJogja.id - Rekonstruksi dugaan pembunuhan berencana yang dilakukan oleh EBP (39) terhadap kekasihnya, Sri Utami (40), tujuh tahun lalu digelar pada Jumat (4/12/2020). Kanit II Sat Reskrim Polres Sleman Ipda Yunanto Kukuh Prabowo mengungkapkan, dalam reka ulang adegan pembunuhan di kebun salak itu, sebelum membunuh korban, tersangka mengajaknya jalan-jalan ke Kaliadem.

Di sana mereka berbincang dan membahas percekcokan yang selama ini mewarnai jalinan asmara tersangka dan korban, termasuk membahas hubungan keduanya yang tak direstui oleh orang tua tersangka.

"Di tengah obrolan itu, kalau dari keterangan tersangka, bila di-bahasa Indonesia-kan, korban itu menyatakan hubungan mereka berdua tak dapat dilanjutkan, dan mendiang Sri memutuskan untuk mengakhirinya," tutur Kukuh, Jumat.

Di kesempatan yang sama, korban juga mengakui bahwa ada pria lain yang menyukai korban, demikian juga korban merasakan hal yang sama.

Baca Juga:Begini Cerita Polisi yang Berhasil Mengungkap Pembunuhan 7 Tahun Silam

"Satu kalimat ini yang diduga membuat tersangka sakit hati '.... dan dia lebih sukses daripada kamu,'" kata Kukuh, menirukan keterangan tersangka.

Kukuh mengungkapkan, tersangka awalnya masih mau memperjuangkan hubungan yang ditentang orang tua karena beda keyakinan atau agama itu.

Ia juga masih mau menerima korban apa adanya kendati korban sudah mengandung anak orang lain. Akan tetapi, emosi tersangka tersulut begitu mendengar satu kalimat dari korban tadi.

Kemudian, tersangka, yang sudah berencana 'memberi pelajaran' kepada korban, mengajak korban jalan-jalan lagi. Hanya saja, tersangka kemudian membawa korban ke TKP.

Tak ada pertimbangan khusus yang membuat tersangka membawa korban ke TKP. Pengakuan tersangka, ia hanya begitu saja lewat area tersebut karena tujuannya hanya ingin mencari tempat yang sepi.

Baca Juga:3 Bulan Sebelum Sri Utami Terbunuh, Keluarga Dikirimi Surat Berisi Cekcok

"Jadi di TKP, niatnya tersangka ini hanya ingin memberi pelajaran kepada korban, tapi ternyata korban sampai meninggal dunia," terangnya.

Kukuh menambahkan, dari reka ulang itu, EBP menampar wajah korban. Ada lagi adegan EBP memuntir rambut korban, lalu membenturkan kepala korban ke sebuah batu.

Tak berhenti di sana, EBP menginjak tubuh dan leher korban hingga leher korban patah. Diduga karena besarnya tenaga yang digunakan oleh EBP saat menginjak korban, beberapa bagian tubuh korban sampai 'terkubur' dalam tanah.

"Jadi sewaktu mayat korban ditemukan, itu seperti korban mutilasi," kenang Kukuh.

Adegan tidak selesai saat korban mengembuskan napas terakhir. Di adegan ke-12, EBP menyeret tubuh korban ke jalan tanah berbatu sambil menjambak dan menarik sisi belakang pakaian korban.

EBP menyeret tubuh korban sampai ke tengah lahan salak. Bila diperkirakan, jarak antara jalan -- lokasi tempat EBP menjambak korban -- dengan lokasi tersangka meninggalkan mayat korban adalah sekitar 13 meter.

Adegan lain yang ditampilkan dalam rekonstruksi adalah saat tersangka terperosok ke salah satu area di kebun tersebut. Ia selanjutnya dibantu oleh warga yang melintas -- sekitar lima orang.

Setelah dibantu, tersangka memberikan sejumlah uang kepada warga tadi dan beranjak dari TKP.

"Dari para saksi inilah, kami mengetahui jenis kendaraan yang digunakan pelaku," ungkapnya.

Tersangka, yang diketahui merupakan lulusan S1 Fakultas Hukum sebuah PTS di Surabaya itu, juga diketahui kerap mimpi tentang korban selama tujuh tahun belakangan.

Dalam reka ulang tersebut, tersangka EBP dihadirkan oleh aparat. Namun tidak demikian dengan saksi, yang hanya diperagakan oleh pemeran pengganti.

Sedikitnya ada 30 adegan dalam rekonstruksi di kebun salak Pedukuhan Kemput, Kalurahan Candibinangun, Kapanewon Pakem, Sleman itu dan sejumlah tempat lain.

Titik-titik itulah yang menjadi lokasi aktivitas tersangka, baik sebelum, saat, dan sesudah membunuh Sri Utami, warga Karangasem, Muntuk, Dlingo, Bantul yang juga seorang janda dengan empat anak.

Area kebun salak yang rimbun itu menjadi lokasi EBP memeragakan kembali apa saja yang dilakukannya untuk menghabisi nyawa korban. Proses rekonstruksi sekitar 30 adegan pembunuhan itu menjadi tontonan warga sekitar.

Panit Reskrim Polsek Pakem Lilik Mulyadi menjelaskan, pelaku disangkakan pasal 351 KUH Pidana, 338 KUH Pidana subsider 340 KUH Pidana dengan ancaman hukuman penjara seumur hidup.

Kontributor : Uli Febriarni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini