Sementara itu di usianya yang sudah tak lagi muda, Sugati lebih milih untuk merawat wayang-wayang kuno peninggalan kakak buyut hingga ayahnya. Bahkan untuk menghidupkan suasana rumah yang sekaligus menjadi sanggar itu, ia tidak jarang memainkan gamelan atau wayang itu sendirian.
"Tiga anak saya masih tinggal di sini. Ibunya sudah meninggal, baru 7 bulan lalu sekitar awal pandemi Covid-19 tapi bukan karena Covid-19 hanya sakit. Sekarang dua anak saya yang laki-laki jadi guru kesenian dan anak perempuan jadi penyanyi kadang ngisi acara sampai ke Magelang," tuturnya.
Selain itu Sugati juga mengisi kegiatan selama pandemi Covid-19 ini dengan membuat wayang. Hal itu, kata Sugati akan dimaknai sebagai barang peninggalannya kepada anak-anaknya besok.
"Dari simbah sampai ayah juga dulu gitu selalu ada peninggalan sejarah ya wayang itu," jelasnya.
Baca Juga:Sleman: Tak Disiplin Isolasi Mandiri, 1 Pasien COVID-19 Bisa Tulari 5 Orang
Sugati mengungkapkan bahwa sebenarnya sudah ada beberapa rekannya yang menawarkan untuk mencoba pertunjukan secara daring. Namun mempertimbangkan usia dan kekuatan fisiknya, ia mengaku masih takut untuk keluar rumah hingga mengadakan kegiatan seni lagi.
"Sebetulnya sudah ada rencana, tapi tetap masih takut untuk keluar. Saya di sini terima saja," ujar pria yang masih punya hubungan keluarga dengan seniman kondang Gito Gati tersebut.
Selain belum mempunyai keberanian untuk kembali keluar dan berkegiatan, Sugati menuturkan pihaknya merasa belum terlalu terfasilitasi untuk menggelar pertunjukan secara daring tadi. Artinya perhatian pemerintah atau orang-orang yang meminta untuk digelarnya lagi pertunjukan itu masih minim.
"Kalau saya, intinya hanya minta Tuhan saja untuk tetap menjaga kelestarian itu. Di dalam hati kita semangat tapi sekarang biar bertahan dulu. Syukur kalau rampung pandemi Covid-19 bisa berkembang lagi. Untuk pertunjukan lagi biar diberi Tuhan saja. Kalau diberi ya mau kalau tidak ya saya tidak melamar," tandasnya.
Baca Juga:Kebakaran Hotel di Sleman, Hujan Bantu Pemadaman Api