SuaraJogja.id - Dinas Kesehatan Sleman mengkaji, kasus COVID-19 dari 1 orang pasien positif di Sleman bisa ditularkan kepada 5 orang. Angka penularan itu lebih tinggi ketimbang angka penularan hasil kajian medis, yang umumnya penularan bisa terjadi dari 1 orang positif COVID-19 kepada 2 - 3 orang lainnya.
Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo menjelaskan, sebagian besar kasus itu dijumpai lewat tracing kontak erat. Ia mengakui, pengawasan isolasi mandiri para pasien positif COVID-19 selama ini masih belum ketat.
"Ya untuk reproduksi atau angka penularan itu, kami bisa memperkirakan terjadi akibat kemarin tidak disiplin isolasi mandiri. Isolasi mandiri belum kami awasi ketat. Maka kini harus kami perketat, tak ada pilihan lain," ujarnya kepada awak media, Sabtu (12/12/2020).
Ia mengungkapkan, saat ini tercatat ada 705 pasien positif COVID-19 sedang menjalani isolasi mandiri. Rerata, masyarakat yang minta izin isolasi mandiri itu karena merasa lebih nyaman di rumah, ada anggota keluarga yang mengawasi, dan meyakinkan ada fasilitas memadai.
Baca Juga:Beredar Pesan Berantai Jogja Ditutup hingga Selter Penuh, UGM Klarifikasi
Tidak adanya kepastian masyarakat disiplin isolasi mandiri menyebabkan sejak awal Bupati Sleman menekankan agar pasien positif COVID-19 agar diisolasi di fasilitas kesehatan.
"Tapi masalahnya orang Jogja itu tingkat intelejensinya tinggi-tinggi, jadi mereka bisa mengakses informasi dan menemukan bahwa berdasarkan rekomendasi Kemenkes, untuk pasien asimtomatik bisa isolasi mandiri di rumah. Maka mereka meminta isolasi mandiri di rumah," terangnya.
Dinkes pun merekomendasikan, pengawasan pasien yang isolasi mandiri harus melibatkan tetangga dan Satgas COVID-19 tingkat padukuhan. Sementara itu, puskesmas memantau secara daring dan mengecek gejala demam, batuk-pilek, maupun ada-tidaknya gejala hilangnya indra perasa maupun penciuman. Bila selanjutnya ditemukan gejala itu, puskesmas akan meminta RS memeriksa pasien lebih lanjut.
Joko menyebutkan, terhitung hingga Jumat (11/12/2020), ada 3.514 kasus positif COVID-19 di Sleman. Sebanyak 83% pasien positif asimtomatik, 11,3% gejala ringan, 1,79% pasien gejala sedang, dan 3,81% gejala berat.
"Persentase itu dari total keseluruhan kasus positif, yang terbesar sekitar 65% adalah dari kontak erat kasus positif. Dalam penanganan, kami punya pegangan bahwa setiap kasus positif harus dilakukan tracing, dan dari kontak erat itu harus menjalani tes usap," tegas Joko.
Baca Juga:Tren COVID-19 Makin Mengkhawatirkan, DIY Tunda Sekolah Tatap Muka
Ia juga menyatakan, pasien sembuh di Sleman mencapai 2.507 orang. Namun demikian, angka kesembuhan Sleman sebesar 71,34% itu masih lebih rendah ketimbang angka nasional, yang mencapai lebih dari 80%.
Sementara itu, angka kematian akibat COVID-19 di Sleman mencapai 1,48%. Jumlah itu masih lebih rendah daripada tingkat kematian nasional sebesar 3,4%.
"Angka penularan COVID-19 di Sleman masih sangat tinggi, saat ini ada 954 kasus konfirmasi aktif," terang eks Direktur Utama RSUD Sleman tersebut.
Sleman Wacanakan Minggu Tenang COVID-19
Dinas Kesehatan Sleman kini mewacanakan adanya Minggu Tenang COVID-19 usai libur Natal 2020 dan Tahun Baru 2021 untuk menekan angka penularan COVID-19. Saat ini wacana itu masih terus dimatangkan, dan penerapannya masih menunggu momen yang tepat.
Joko menuturkan, pihaknya tak akan menyebut konsep itu sebagai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) karena PSBB mengandung konsekuensi yang besar.
"Rencana kami 21 Desember 2020 sampai 3 Januari 2021 mau 'minggu tenang COVID', tapi nampaknya mungkin tidak bisa diterima masyarakat karena ada libur panjang. Jadi mungkin kami mulai minggu tenang pada setelah libur," ungkapnya, Sabtu.
Pada prinsipnya, kata Joko, penerapan Minggu Tenang COVID-19 adalah kondisi keseharian masyarakat seperti di awal pandemi.
"Kalau bisa, yang kerja [di luar] itu biar teman-teman di RS dan Dinkes, termasuk juga dari kajian kami itu wartawan, TNI, Polri. Yang lain di rumah saja, pegawai kantor pun dalam rancangan kami itu dibatasi, kalau tidak benar-benar terpaksa ya tidak perlu dikerjakan di kantor," tutur Ketua Ikatan Dokter Indonesia Sleman ini.
Joko menambahkan, usai piknik masa liburan, Pemkab Sleman akan meminta warga yang sehat untuk karantina sedangkan yang sakit diisolasi.
"Isolasi di rumah sakit boleh, FKDC (selter) juga boleh atau isolasi mandiri juga boleh, dan yang dikarantina pokoknya tidak boleh ada aktivitas ke luar, betul-betul selama 14 hari karantina, minimal 10 hari. Jadi kembali seperti masa COVID-19 awal-awal [ketat aturan isolasi bagi pelaku perjalanan]," ungkapnya.
Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan dan Pencegahan COVID-19 Sleman Shavitri Nurmala mengungkapkan, walau cuti akhir tahun sudah dipangkas, tapi tidak menutup kemungkinan akan ada yang datang untuk liburan ke Sleman.
Dinkes Sleman Persilakan RS yang Mulai Tawarkan PO Vaksin
Joko juga turut berkomentar perihal adanya sebuah rumah sakit swasta yang sudah menawarkan kepada masyarakat, agar bisa mulai lakukan pemesanan vaksin COVID-19.
"Monggo saja," kata Joko.
Kendati demikian, yang pasti menyoal vaksin COVID-19, program pemerintah saja hingga kini masih belum ada kepastian dan kejelasan. Bahkan, program vaksin untuk tenaga kesehatan saja jumlahnya masih belum mencukupi.
"Bahkan DIY saja kabarnya hanya akan menerima 1.500 vaksin. Jadi kalau pihak swasta menawarkan, mungkin sudah punya link atau jalur sendiri. Kalau yang sudah datang ke Indonesia jumlahnya masih belum mencukupi," bebernya.
Ia mengurai, nantinya program vaksin ini 30% akan di-handle pemerintah, sedangkan 70% sisanya dihandle mandiri atau dikelola swasta.
"Nah yang 30% itu program seperti kita dengar selama ini. Urutannya nakes, tenaga pelayanan publik termasuk tentara, polisi, petugas terminal, petugas pelabuhan, petugas bandara, PBI dan baru kemudian mandiri," ucapnya.
Dari kajian ilmiah dan uji coba bertahap yang sementara ini sudah dilakukan, vaksin COVID-19 yang sudah diproduksi memiliki efektivitas beragam.
"Jadi kalau efektivitas di bawah 90%, ya nanti tidak usah dibeli. Beli yang di atas 90%, dan perlu juga kajian keamanannya ketika digunakan," tandasnya.
Sebelumnya, beredar di media sosial sebuah RS di Bantul yang mulai menawarkan kepada masyarakat, untuk bisa memesan vaksin COVID-19. Dalam akun Instagram @rumahsakit.uii itu tergambar tangan berbalut sarung tangan medis memegang jarum suntik, dibubuhi nomor narahubung dan tulisan berikut:
"Pesan Sekarang, Makin Aman Menjalani 2021 dengan Vaksinasi COVID-19. Syarat dan Ketentuan: estimasi kedatangan vaksin COVID-19 antara 1 - 2 bulan; pasien yang melakukan perjanjian/booking vaksin COVID-19 akan mendapatkan prioritas; merk dan harga vaksin ditentukan kemudian sesuai dengan perkembangannya; pasien akan dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh dokter sebelum dilakukan vaksinasi; pemberian vaksin COVID-19 dilakukan oleh dokter."
Kontributor : Uli Febriarni