Rocky Gerung: Sepanjang 2020 Masa Kelam Demokrasi Indonesia

Rocky menganggap, tahun 2020 adalah masa di mana Indonesia mengalami kegelapan pada semua hal, terutama terkait demokrasi.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Mutiara Rizka Maulina
Senin, 28 Desember 2020 | 16:50 WIB
Rocky Gerung: Sepanjang 2020 Masa Kelam Demokrasi Indonesia
Rocky Gerung dan Hersubeno Arief membahas kaleidoskop Indonesia tahun 2020. - (YouTube/Rocky Gerung Official)

SuaraJogja.id - Pengamat politik Rocky Gerung membuat video evaluasi kondisi Indonesia sepanjang tahun 2020. Pada sejarahnya, kata dia, kaleidoskop seharusnya menghasilkan kegembiraan. Namun, yang dimiliki saat ini justru menghasilkan kecemasan.

Ia mengatakan, apa yang ada di dalamnya adalah lorong gelap. Sejak pemilu pada 2019 akhir hingga sepanjang tahun 2020 adalah lorong gelap. Adanya kasus-kasus sepanjang pemilu belum bisa dimaafkan oleh batin.

"Batin rakyat itu sebenarnya digores oleh kekuasaan dan digores oleh tokoh-tokoh politik yang pernah membuat janji," terang Rocky.

Ini adalah pelajaran yang luar biasa berat untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat menurut Rocky Gerung. Emak-emak sebagai salah satu unsur yang dinilai jika sudah tersakiti akan sulit lupa, mungkin sudah memiliki definisi tersendiri mengenai politik saat ini.

Baca Juga:Lanjutkan Warisan 25 Tahun, Begini Spesifikasi Pesawat N219

Pertama kalinya dalam sejarah politik Indonesia, ia menyebutkan, ketulusan pendukung oposisi dihasilkan melalui voluntir. Emak-emak menyumbang Rp20.000 kemudian dikumpulkan dalam karung untuk diserahkan kepada Prabowo dan Sandi.

Mereka datang ke lokasi kampanye dengan uang sendiri untuk memberikan dukungannya. Dunia Internasional, kata Rocky, menilai bahwa Indonesia menyimpan rahasia tersendiri mengenai keadilan pilpres tahun 2019. Seluruh gejala tersebut dinilai Rocky masih ada di masyarakat.

Terjadinya reshuffle kabinet belum lama ini juga seolah menyajikan hal yang terbalik kepada masyarakat. Seolah-olah tidak ada masalah satu tahun lalu di KPU, dan sidang di Mahkamah Konstitusi dilupakan oleh tokoh yang tadinya di elu-elukan.

"Apa pentingnya jadi menteri coba? Kan gak ada lagi peduli menjadi menteri. Diolok-olok segala macam itu," imbuh Rocky.

Ia menilai, presiden tidak memiliki kemampuan untuk menghasilkan Indonesia yang bermutu. Dengan menjadi menteri, berarti tidak memiliki kemampuan untuk mengintervensi kepada presiden.

Baca Juga:Tinjau Kebijakan Moneter, BI: Kinerja Ekonomi Global dan Domestik Membaik

Rocky menganggap, tahun 2020 adalah masa di mana Indonesia mengalami kegelapan pada semua hal, terutama terkait demokrasi. Apalagi masih lekat dalam benak, tewasnya enam orang laskar FPI yang masuk dalam renungan di akhir tahun 2020.

Rocky Gerung dan Hersubeno Arief membahas kaleidoskop Indonesia tahun 2020. - (YouTube/Rocky Gerung Official)
Rocky Gerung dan Hersubeno Arief membahas kaleidoskop Indonesia tahun 2020. - (YouTube/Rocky Gerung Official)

Tonton percakapan Rocky dan Hersubeno DI SINI.

Selain mengenai tewasnya enam orang anggota FPI yang harus dikawal hingga tahun 2021, persoalan korupsi dana bansos juga masih membutuhkan perhatian masyarakat.

Skala perampokan itu bukan hanya mengenai korupsi uangnya melainkan juga korupsi moral. Hal itu merupakan penghinaan kepada hak rakyat dan keadilan. Dari situ, kaleidoskop Indonesia hitam kelam tanpa sinar di ujungnya.

"Karena ada Ukhuwah Youtubiyah yang terus mengingatkan akan hal-hal itu. Saya kira itu yang dicemaskan oleh Pak Mahfud karenanya akan ada cyber war untuk memberantas Ukhuwah Youtubiyah," terang Rocky.

Ia sendiri menyebut dirinya sebagai penganggu. Pihaknya menegur pemerintah agar bisa berpikir ulang. Tahun 2021 akan diisi dengan ingatan yang tidak mungkin pupus mengenai enam laskar FPI yang tewas tertembak.

Sebetulnya Rocky percaya masyarakat sipil mengenai demokrasi tidak mungkin terkalahkan dengan ancaman-ancaman istana karena terhubung dengan masyarakat sipil secara global dan pers internasional.

Sejak diunggah Senin (28/12/2020), video Rocky mengenai kaleidoskop tahun 2020 tersebut sudah ditonton lebih dari 14 ribu pengguna YouTube. Ada seribu lebih warganet yang menekan tanda suka dan belasan lainnya tidak menyukai. Sementara ada 300 lebih komentar yang ikut ditinggalkan warganet. Tidak sedikit yang ikut berkomentar mengenai rezim yang tengah berkuasa saat ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini